Sertifikasi Organik Gula Aren – Gula merah atau lebih spesifik lagi gula aren sudah memaniskan Nusantara sejak berabad-abad. Bongkahan manis dari cairan bening pohon aren (Arenga Pinnata) ini bahkan mendahului gula pasir (gula tebu). Sayangnya pohon aren sebagai sumber tidak lah setenar pohon tebu. Bahkan juga tidak seepik kisah pohon kelapa, sekalipun mereka dalam satu keluarga palem-paleman. Aren seperti pendatang baru. Aren seperti anak tiri. Padahal kalau mau hitung-hitungan dari segi manfaat, aren tak patut dianak tirikan. Seperti telah dilakoni oleh Arenga Palm Sugar, setiap bagiannya bernilai ekonomi. Tapi tetap sebagian besar bahan baku gula aren datang dari tanaman liar. Mereka tumbuh menyebar di gunung-gunung, lembah, dan kebun.
- Baca juga: Mari Berkisah Tentang Kopi
Tapi dibalik guramnya sistem produksi bahan pokok gula aren, selalu ada blessing tersembunyi. Pasar tidak terlalu menuntut kuantiti. Berproduksi hanya 3-5 kilo per sehari sudah cukup sebab umumnya pelanggan hanya tetangga. Begitu pun kala memerlukan penawet nira dapat menggunakan yang hidup di sekitar. Tak perlu membeli. Ada akar Kawao, daun parengpeng, cacahan batang nangka, kulit manggis dan lain-lain. Bahan-bahan pengawet ini sudah digunakan nenek moyang kita selama berabad-abad.
Sertifikasi Organik Gula Aren – Keluar Dari Kenyamanan Tradisional
Tapi berkat tak selalu mulia. Karena dunia selalu berubah. Bahwa sempitnya pasar yang awalnya berkah segera tercerabut tatkala gula merah masuk ke dalam industri. Pola-pola lama dalam memproduksi gula merah tak lagi cukup. Tuntutan effisiensi, harga murah, dan produksi stabil jadi isu penting. Sekarang perubahan ini jadi berkat yang lain. Kesejahteraan ekonomi sedang membuka pintu lebar-lebar.
Tentu saja perubahan terhadap kebutuhan tak sebanding dengan perubahan sumber daya. Entah itu sumber bahan baku atau proses pembuatan. Yang paling parah adalah jurang menganga antara tuntutan industri dan sumber daya manusia. Entah ketidak tahuan atau sengaja, gula yang seharusnya organik, tiba-tiba jadi berbahaya bagi manusia. Seperti mencegah peragian nira berbahan baku murah sekaligus mudah juga ditemukan. Beli saja di toko-toko yang menjual zat kimia. Sebenarnya masih tak apa asal sesuai takaran. Ini ada memasukan pengawet kimia sintetis itu secara berlebihan ke dalam ciaran nira. Selain mencegah peragian juga agar gulanya tetap keras dan berpenampilan cantik dalam waktu lama. Di sini lah kemudian mengapa pasar menuntut sertifikasi organik gula aren.
Isu Gula Aren Berformalin
Video Sertefikasi organik Arenga gula aren
Jagat pergula arenan pernah diguncang isu tak sedap. Konon ke dalam pemanis legit ini ditambahkan berbagai zat aneh. Aneh karena tak diperuntukan bagi makanan. Coba saja ada formalin, detergen, asam sulfit, dan entah apa lagi. Tujuannya mencegah reaksi pencoklatan, menghambat aktivitas enzimatis dan pertumbuhan mikroba. Menghambat terjadinya fermentasi oleh mikroba dapat mencegah gula berubah jadi alkohol. Formalin membantu meningkatkan rendemen dan menyebabkan gula tampak coklat muda, cerah dan keras. Di tempat lain dengan aktor berbeda menambahkan detergen agar gula lebih padat dan tak mudah mencair. Agar daya tahan gula lebih lama ada pula yang menambahkan sulfit melewati ambang batas yang diijinkan oleh Dinas Kesehatan.
Pemakaian bahan kimia “tak patut” dalam proses pembuatan gula merah bukan satu-satunya masalah. Karena keserakahan yang bak sumur tanpa dasar itu, ada pula yang memasukan batu bata, battery bekas, bahlan tanah liat ke dalam cetakan. Intrik ini untuk mempengaruhi bobot timbangan. Ribet benar ya?
Reaksi Konsumen
Dan mereka yang masuk lingkaran produsen tentu saja berada di tengah pusaran kemarahan konsumen. “ Kalian kok ya jahat sekali. Konsumen membeli baik-baik dan memberi keuntungan bukanya berterima kasih malah disakiti”. Kurang lebih begitu lah yang banyak terdengar.
Kekecewaan yang sangat wajar. Produsen gula merah juga konsumen. Sebagai konsumen pasti sama-sama tahu bagaimana rasanya ditipu. Dimaklumi kemudian bila kasus gula merah berformalin dan mengandung zat-zat kimia berbahaya lainnya jadi viral di sosial media.
Tiba-tiba gula merah berubah dari manis jadi produk yang menakutkan!
Tentu dipasti takan seorang pun yang mau jadi tertuduh. Karena semua tahu memasukan pengawet mayat ke dalam makanan merupakan perbuatan tak bermoral dan dapat dipidanakan. Semua orang cuci tangan. Tidak mereka tidak menjual gula merah berpengawet berbahaya. Tapi tetap saja tak menghilangkan kenyataan bahwa di pasar terjadi peredaran gula “gila”, bukan? Gula aren berformalin ada di pasaran isu nyata. Begitu kalau ada yang pernah membaca beberapa bulan lalu Dinas Perdagangan di Bengkulu menangkap basah produsen yang memasukan detergen ke dalam gula merah produksi mereka.
Sertifikasi Organik Gula Aren Arenga Indonesia
Sebagai pemasar gula semut aren yang berasal dari ratusan petani binaan, Arenga Indonesia juga tak luput dari sangkaan. Sejak isu gula berpengawet berbaya merebak kami sering mendapat berbagai pertanyaan mengenai kebenarannya. Begitu pun sebelum mengirim PO pelanggan berulang-ulang memastikan bahwa gula aren Arenga tidak menggunakan zat-zat berbahaya. Tapi tentu saja mudah menjawab karena sudah memegang serfikat organik selama bertahun-tahun. Perajin, pengepul, dan karyawan kami sudah tahu dan punya SOP apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses produksi, packing dan pengiriman. Disamping secara berkala bertemu muka guna bertukar informasi mengenai kesulitan yang dihadapi para pihak selama berproduksi dan mendistribusikan. Di sela-sela pertemuan isu-isu seputar organik terus diulang-ulang. Ini bukan soal perajin mengerti atau belum mengerti. Ini mengindokrtinasi bahwa perbuatan tidak jujur kepada konsumen yang pasti berefek langsung terhadap bisnis itu sendiri.
Sementara mereka yang tak bersalah namun tak bisa memberi bukti jaminan terhadap konsumennya terpaksa menggigit lidah dalam-dalam. Membela diri juga percuma, paling-paling mendapat sambutan sinis:” Namanya juga pedagang mana mau mengaku.” Hanya track record dan jalinan bisnis yang cukup lama lah yang bisa mengeluarkan mereka dari situasi seperti ini.
Jadi sekarang harus bagaimana? Sertifikasi organik kah jawabnya? Mari kita menyelam ke bawah permukaan sedikit.
Usaha Ekstra Dalam Mendapat Pengakuan Organik
Produsen sertifikasi organik gula aren dituntut serius dalam berkomitmen dengan filosofi organik. Mereka harus lah hidup dan bernapas sesuai keyakinan bahwa memproduksi produk organik bukan karena sedang trendi. Contohnya memproduksi Arenga Palm Sugar organik karena harus melindungi lingkungan dan kesehatan konsumen. Dan mereka terpaksa mengakui bahwa proses sertifikasi organik bukanlah proses yang mudah. Ada proses panjang yang harus dipenuhi syarat-syaratnya sebelum untuk mendapat pengakuan.
Karena status yang dipegang oleh Arenga adalah 100 persen organik maka sebelum masuk ke proses verifikasi ada syarat utama yang harus lulus terlebih dahulu:
- Pestisida: Gula merah yang diproduksi tanpa menggunakan pestisida apapun.
- Pupuk: Pohon aren tidak menggunakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan sintetis atau limbah. Jauh dari jalan raya, sawah non-organik, tempat tinggal, dan sungai yang tercemar.
- Bioteknologi dan Radiasi: Gula merah tidak menggunakan bioteknologi atau radiasi pengion
- Praktek berkelanjutan: Proses produksi harus menggunakan sumber daya terbarukan dan konservasi tanah dan air untuk meningkatkan kualitas lingkungan demi generasi mendatang.
Setelah semua syarat terpenuhi auditor akan turun ke lapangan untuk verifikasi. Setiap anggota kelompok perajin yang terlibat dalam proyek gula aren organik harus menanda tangani dokumen dan mencatat produksi harian mereka. Salah satu verivikasi adalah mengecek semua kelengkapan dokumen. Mendatangi tiap dapur produksi, memotret, dan mewawancarai perajin satu persatu. Tak jarang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat menjebak. Yang berpura-pura organik akan langsung ketahuan.
Sertifikasi Organik Gula Aren Butuh Kerja Maksimal
Terbayangkan bagaimana besarnya usaha yang harus dilakukan Arenga Palm Sugar? Kalau perusahaan skala besar yang tak terkendala sumber daya memang tak masalah. Tapi bagaimana untuk bisnis UKM yang serba terbatas? Bahkan hampir tidak mungkin bagi perajin individu yang berproduksi paling banyak 5 kilo gula setiap hari? Jawaban untuk ini: Memang butuh usaha yang sangat besar!
Tapi dibalik semua kesulitan sertifikasi organik gula aren, tersimpan ganjaran yang memadai. Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, gula merah bersertifikasi organik berdiri ibarat primadona di lautan gula merah yang belum memiliki. Selain tentu saja berbagai keuntungan sebagai berikut:
- Menerima harga premium
- Lebih mudah mengakses pasar lokal, regional, dan internasional
- Melindungi sumber daya alam
- Mendukung ekonomi lokal
- Akses dana tambahan dan program bantuan teknis dari pihak-pihak yang berkepentingan.
Keuntungan bagi konsumen pun jelas. Dengan membeli produk bersertifikat, selain memastikan keamanan produk gula merah yang mereka beli, menyokong gaya hidup hijau, mereka pun telah turut berpartisipasi dalam keberlangsungan bumi yang hijau.
Kontak Arenga Indonesia Indrawanto, Telp. 0819 3241 8190