Procrastination Itu Malas – Dulu saya punya kebiasaan jelek (sekarang masih kok) yakni suka menunda pekerjaan. Apa saja yang bisa ditunda akan ditunda. Tak tahu apa yang terjadi dalam kimia otak, saya lebih suka menunggu detik-detik terakhir ketimbang langsung mengerjakan sesuatu. Kalau tak punya waktu bisa dimaklumi. Tapi saya tahu benar bahwa penundaan beberapa pekerjaan yang ditunda itu sebenarnya bisa diselesaikan saat itu juga. Kadang hanya butuh waktu lima menit. Tapi ya gitu lah…
Procrastinastion itu malas!
Nenek saya dijamin tak mengenal istilah procrastination. Apa lagi pernah mengatakan procrastination itu malas. Namun dengan anak delapan orang, hidup di kampung, ekonomi terbatas pula, ia tahu benar apa yang ia sebut malas. Sampai ia punya cucu ketidak sabaran melihat orang menunda-nunda pekerjaan itu terus berlanjut. Saya dulu sering banget merasa terintimidasi oleh “kebawelan”nya agar cepat cuci piring, cepat menyapu, cepat melipat baju-baju bersih habis dicuci. Padahal bukan tak mau mengerjakan yang telah disuruh, tapi mbok ya sabar, nanti akan selesai juga. Sayangnya nenek tak mau menerima alasan. Di mantanya menunda pekerjaan itu tetap saja kelakuan orang malas.
- Baca di sini tentang: Bikin Jurnal Syukur Yuuuuuk ….
Setalah juga jadi ibu dan punya berapa karyawan sekarang baru bisa melihat urgensi nenek agar semua pekerjaan diselesaikan secepatnya. Sering mengalami sendiri keadaan menegangkan saat menyelesaikan pekerjaan sudah mendekati deadline. Sering juga merasakan akibat dari pekerjaan yang diselesaikan tergesa-gesa itu. Buruk! Tak berlebihan jika saya katakan lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya. Apa lagi kalau berkaitan dengan uang dan pelanggan. Pengalaman saya, procrastination (penundaan) dengan uang membawa kerugian. Sementara procrastination saya untuk pelanggan membuat kecewa.
Segala akibat menunda pekerjaan itu sering bikin sedih. Atau menyeseali diri. Lebih tak enak lagi jika sampai dapat komplain dari pelanggan. Malunya tak terkira!
- Baca di sini tentang: Apakah Saya Bahagia?
Untung lah lama-lama termakan juga omongan nenek. Benar banget rasanya procrastination itu malas. Pekerjaan apapun kalau memang bisa dikerjakan saat itu, selesaikan. Kita tidak tahu pekerjaan apa yang harus diselesaikan di muka. Jangan sampai menumpuk pekerjaan karena itu hanya akan mendatangkan stress. Procrastination itu seperti sex di luar nikah. Nikmatnya cuma sebentar akibatnya bisa seumur hidup. Apa lagi di era milenial ini, serba digital, waktu bergulir begitu cepat, mengidap procrastinastioan ibarat memeluk kotoran sapi. Bau di mana-mana!
Procrastination Bukan Gaya Hidup Sehat
Mengadobsi procrastination tiket langsung menuju hidup tidak sehat. Karena sering dilanda stress bisa jadi mereka akan jadi sumber sakit jantung. Kalau banyak membaca pasti juga tahu bahwa procrastination bisa merusak relasi sosial. Entah dengan pasangan, kerabat, teman-teman atau pelanggan. Jadi friends, siapaun berniat melakukan transformasi ke arah lebih baik dalam hidup harus mengetahui bahwa procrastination itu tak sekadar malas tapi termasuk gangguan psikologis.
Penundaan adalah tantangan yang harus kita semua hadapi. Selama masih ada manusia di dekat kita maka kita harus berjuang untuk menunda, menghindari, dan menunda-nunda masalah yang penting bagi kita dan orang lain.
Tak Mau Disebut Procrastionation Itu Malas ini Cara Menyingkirkannya:
- Bagaimanapun kita tak dipanggil malas kalau hanya melakukan satu atau dua kali. Jika sering itu tandanya harus berubah. Penundaan dengan stigma negatif tidak terjadi dalam semalam. Jadi alangkah logisnya agar kita tahu bahwa perubahan juga tidak terjadi dalam semalam. Berubah membutuhkan waktu. Mohon kesabarannya, berusaha saja mempertahankan fokus selama tiga sampai empat minggu. Menyingkirkan penundaan atau penghindaran harus dilatih dengan memupuk kebiasaan baru. Jangan menunda. Hadapi dan kerjakan sekarang.
- Mendapatkan kebiasaan baru itu itu menuntut konsistensi dan alokasi energi cukup banyak. Jadi wajar-wajar sajalah. Santai saja. Jangan seperti orang kalap. Bagi waktu seimbang antara kerja dan istirahat. Dan mulailah dari hal-hal kecil. Kalau dulu menunggu waktu sampai matahari di titik nadir baru bekerja, sekarang awali lebih pagi. Kalau bisa usahakan bangun pada waktu masih enak untuk jalan pagi. Ingat semboyan ini bos: Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
- Karena kerja di rumah saya suka aneh-aneh. Walau sudah berhubungan dengan dunia luar, membalas email, terima telepon atau melakukan pekerjaan kantor, sampai siang saya masih dasteran dan belum mandi. Kalau tiba-tiba ada tamu baru deh terkaing-kaing lari ke kamar dan bertukar pakaian. Itu menyuruh tamu menunggu. Hadeeeehh…Gak profesinal banget kan? Jadi jangan tiru kebiasaan ini (lagi pula sekarang saya sudah insap, you know?) Sekarang begitu bangun saya peregangan sebentar. Kadang kelua dan jalan pagi. Usai olah raga pergi mandi. Sarapan. Tubuh yang sudah segar membuat dunia jadi tampak lebih indah. Kerja pun tambah semangat.
Procrastionation itu Bukan Malas – Beri Skala Prioritas dan Konsistensi
- Beri skala prioritas pada setiap pekerjaan. Tuntaskan sesegara mungkin mereka yang berada dalam urutan paling penting, baru diurut sampai tidak begitu penting. Mengacak pekerjaan dan melakukan semua tugas tanpa memberi skala cuma mengundang stress dan kelelahan. Mengelompokan pekerjaan dalam sebuah catatan kadang juga membantu kita untuk bangun lebih semangat di pagi hari. Karena kita tahu dan yakin bahwa everything will be okey.
- Bila konsisten, kebiasaan baru yang tidak mudah menunda pekerjaan ini juga membawa perbaikan pada mood. Jadi sudah saatnya bicara positif pada diri sendiri. Begitu pula setiap kali menyelesaikan tugas tepat waktu, tersenyumlah lah, even saat seorang diri. Tadi saya menjentik-jentikan jari tanda puas karena berhasil menjalankan apa yang dituliskan ini. Itu mengundang tawa Adit anak saya, “ Kenapa sih Ma, kok senang banget kayaknya?”
- Tampaknya tidak ada obat paling pas untuk menyingkirkan rasa malas selain disiplin menghadapi dengan “melakukan” alias kerja. Lagian hidup ini amat singkat! Betapa cepat hari berganti jadi bulan lalu bulan berganti tahun. Tahu-tahu kita mendapati uban sudah subur di kepala.
Sayangnya nenek saya sudah tak ada untuk dipamerkan kebiasaan cucunya ini. Procrastination Itu Malas Kata Nenek Saya. Iya benar banget! Mari singkirkan!
1 comment
Iya Mbak Ulu, awalnya menumpuk pekerjaan itu serasa bahagia. Tapi itu ibarat meminum racun pelan-pelan dengan seiring waktu racun itu akhirnya bertambah banyak dan langsung mematikan. Menumpuk pekerjaan juga memendam rasa bersalah, jadi nggak bagus banget untuk kesehatan mental. Memang kita harus terus-menerus berlatih agar tidak jadi procrastination ya