Mie Tiau Apollo, Mie Tiaw Polo – Dua entitas resto bertetangga, sama-sama menjual kwetiaw, atau Mie Tiaw. Kelihatannya seperti persaingan sengit. Katanya tidak punya keterikatan. Namun papan nama mereka bercerita banyak.
Di Pontianak, Kwetiaw disebut Mie Tiau. Sama-sama dari bahasa Tionghoa, dimana Kwe dan Mie adalah semacam mie pipih, berwarna putih dan terbuat dari tepung beras. Begitupula dalam memasakanya sama seperti Kwetiaw yang saya kenal di Jakarta: Digoreng ataupun dikuah. Pembeda lain adalah campurannya berupa, ayam, seafood atau babad.
Kwetiaw atau Mie Tiaw merupakan makanan cina populer di kota-kota besar. Dalam bahasa aslinya quotiao atau sha he fen. Di Indonesia di kenal dalam dua versi dengan mengikuti dua etnis China yang mempopulerkannya : Hokkian dan Tio Ciu.
Etnis Hokkian yang banyak berdiam di Sumatera mempopulerkan Kwetiaw Medan. Disajikan bersama bakso ikan, lapchiong (sosis babi) dan telur bebek. Sementara etnis Tio Ciu yang banyak mendiami Kalimantan mempopulerkan Mie Tiaw. Daging sapi dan jeroannya banyak digunakan.
Benarkah Mie Tiau Apollo dan Mie Tiaw Polo Bersaing
Pada suatu malam di bulan Oktober saya diajak mengunjungi Mie Tiau pakem Tio Ciu. Resto ini sudah jadi ikon kuliner di Kalimantan Barat. Namanya Mie Tiau Apollo Sejak 1968. Lokasinya terletak di persimpangan jalan antara Gajah Mada – Pangeran Diponegoro . Katanya sih halal untuk muslim.
Tujuan utama ke sini bukan menikmati makanannya melainkan untuk melihat dengan mata kepala sendiri penyebab keterkenalan mereka.
Konon, dua entitas bisnis ini bersaing dengan sengit. Kamu memang perlu mengistirahatkan logika sejenak agar bisa tertawa. Bagaimana persaingan bisnis head to head yang telah berjalan selama bertahun-tahun ini berlangsung secara aman.
Perhatikan fotonya baik-baik. Pada papan nama di depan tertulis Mie Tiu Apollo Berdiri sejak tahun 1968 tak pernah pindah. Lebih ke belakang tertulis Mie Tiau Polo Pindahan dari sebelah.
Baca juga :
Fettucini di Rumah Sosis Bandung
Treat My Taste : Sate Mak Syukur Padang Panjang
Pertama baca ini saya ngikik (tertawa geli sambil ditahan). Saingan sih saingan tapi kok segitunya. Terbayang kompetisi sengit mereka dari hari ke hari. Untung lah saya tak terlalu lama terheran-herannya. Suasana yang saya dapatkan biasa-biasanya saja kok. Masing-masing kedai penuh dengan pelanggan masing-masing. Malah kedai Apollo yang saya masuki perlu menambah ruang ke belakang sebab ruang depan tak muat menampung penikmat mie licin ini.
Menurut sahabat Lorens Arang yang mengantar kami, semua itu berawal dari mantan karyawan yang membelot dari bosnya dengan membuka kedai sendiri.
Awal-awal mungkin ada perang mulut namun seperti yang saya saksikan malam itu setiap orang punya rejeki masing-masing. Malah menurut saya papan nama ini menyatukan nasib mereka, menjadikan tempat itu jadi buah bibir. Akibatnya mereka kian terkenal. Banyak pengunjung yang datang tak sekedar menikmati Mie Tiau seperti kami, melainkan ingin jadi bagian dari sejarah dengan berfoto dibawah papan nama kompetisi tersebut.
Salam,
7 comments
[…] atau tidak, sepertinya pengusaha di Pontianak senang sejarah. Buktinya di posting saya tentang mie tiau Apollo, mereka juga membubuhkan tahun berdiri pada papan nama yaitu […]
Wow dicatat jeng, kemarin kelewatan waktu menginap di Gajahmada Pontianak, Jl Gajahmada memang pusat jajanan enak, salam
Kalau kesana lagi, jangan lewatkan Mie Tiau Apollo Jeng Ry 🙂
Wiuhhhh. yang dipiring terlihat membuat perutku menari merayu untuk dibelikan…
Air liurku jatuh.. kepingin…
bersaing sehat…
Kalau kondisi perut lapar makanan apa saja juga pasti enak Mas Choirun 🙂
Begitulah Mbak Orin, persaingan terbuka tapi tanpa golok2an hehehehe..Tks..foto2nya untuk melengkapi cerita
Walaaahhh….jenis persaingan yg cukup menarik ya mba. Tapi yg jelas foto2nya berhasil membuat saya laper lg walopun udh makan siang hihihihi