Sebentar lagi lebaran tiba. Di pojok ruang tamu kami yang sederhana, kepala ibu terangguk-angguk. Kakinya memainkan tapak mesin jahit ke atas dan ke bawah. Bunyi jarum beradu sekoci gemeretak seperti gigi raksasa.
Iya seperti tahun yang sudah-sudah ibu sedang menjahitkan baju lebaran bagi ke lima anaknya. Ia buat dari beberapa meter kain bercorak bunga-bunga yang telah ia simpan cukup lama. Persisnya kain itu ia beli tiga tahun sebelumnya, tepatnya sisa potongan kain dari baru lebaran kami sebelumnya.
Artinya baju lebaran kami tahun itu sama persis dengan baju lebaran tiga tahun sebelumnya. “Tak apa “ Kata Ibu. “Masih bersyukur kalian bisa memakai baju baru. Anak-anak lain mungkin tidak seberuntung kalian tahun ini”. Walau tak disebutkan Ibu merujuk pada tetangga yang rumahnya berjarak tiga rumah dari tempat tinggal kami.
Demikian lah perkenalan saya dengan mesin jahit baju. Perlengkapan rumah tangga yang wajib masa itu. Melalui jari-jari ibu yang gesit, hampir semua baju kami, baik baju lebaran, seragam sekolah dan baju rumah adalah hasil karya ibu. Ia jahit dengan mesin jahit kesayangannya.
Baca juga:
5 Alasan Mengapa Kamu Harus Mengajak Orangtuamu Berlibur
Kalau sekarang sudah masuk jenis mesin jahit kuno. Berkepala hitam dengan tulisan emas dan di dudukan di atas semacam meja kayu yang bisa di lipat. Berbekal mesin jahit itu ibu menambah pendapatan keluarga dengan menemerima upah menjahit baju. Tak hanya terima jahitan baju, Ibu juga pandai membordir. Mulai dari seprai, taplak meja, baju kurung sampai selendang. Ia juga menerima jahitan baju-baju anak tetangga dengan model sederhana.
Begitu lah. Masa kesil saya berpusar di sekitar bunyi mesih jahit. Pagi dibangunkan dari tidur oleh bunyi mesin jahit. Dan malam suara mesin itu pula sebagai penghantar tidur. Tak pelak bunyi seperti itu mendatangkan rasa damai hingga sekarang. Bunyi itu berarti ibu selalu ada bersama kami.
Anak Gadis Harus Bisa Menjahit
Guru pertama dan terbaik dari seorang anak gadis adalah ibu mereka. Darinya ia belajar semua keterampilan dasar hidup. Ibu pula yang mengjarkan mengapa seorang anak gadis harus bisa memasak dan menjahit. Menurutnya, selain untuk membahagiakan keluarga, dua keterampilan itu bisa digunakan menopang ekonomi keluarga tanpa harus keluar dari rumah. Waktu itu saya pikir cara berpikir ibu terlalu kuno. Toh saya akan sekolah tinggi dan akan bekerja di di kantor?
- Baca juga Tunggu Aku di Teluk Mak Jantu
Setelah besar, menikah, punya anak dan bekerja di luar baru memahami perkataan ibu sebenar-benarnya. Terutama ketika terpaksa meninggalkan anak ke kantor dalam keadaan sedang sakit. Rasanya jiwa terbelah. Sayangnya dua keterampilan yang diajarkan ibu itu tak terasah. Kecuali memasak, kepandaian menjahit saya hanya tinggal seperempat.
Sekalipun punya mesin jahit baju elektrik di rumah, keterampilan saya cuma membuat keliman baju atau kain. Menambal baju robek dan memasang kancing. Sementara kemampuan membordir menguap bersama waktu. Jadi tak bisa digunakan menopang ekonomi keluarga.
Mesin Jahit Baju Elektrik
Jaman terus berubah. Ibu telah tiada. Mesin jahit baju miliknya tinggal jadi barang kenangan di dalam gudang. Karatan dengan meja sudah lama rusak.
Sebagai ganti rumah lama kami itu sekarang punya mesin jahit portable yang dijalan dengan listrik. Tak hanya satu tapi 10 buah karena rumah itu sekarang dijadikan tempat usaha konveksi kerabat. Kalau ibu masih hidup beliau pasti suka duduk berlama-lama di sana. Memperhatikan orang menjahit, lalu memberi saran di sana-sini, persis seperti dulu ia mengajarkan cara kepada saya.
Ah menulis ini membuat rindu kepada ibu jadi tambah riuh.
Dan tentu banyak perbedaan antara mesin jahit listrik dan mesin jahit manual kepunyaan ibu. Setidaknya kalau sekarang saya kembali belajar, gak perlu dibaweli terus karena tak kunjung menguasai cara menjahit zig zag.
Tidak seperti mesin jahit baju kepunyaan ibu, mesin elektrik kepunyaan kerabat itu mampu melakukan segalanya. Punya feature 24 pola jahitan. Belum lagi alat pembuat lubang kancing, Drop & Sew TM sistem bobbin, mengatur lebar bidang jahitan, pemotong benang otomatis, mengatur tekanan benang atas dan bawah, dan banyak lagi.
Belajar menjahit sekarang lebih mudah dengan mesin jahit elektrik.
Namun mesin jahit kuno tetap mengikat kenangan bersama ibu.
33 comments
Jadi inget mesin jahit yang ada di rumah ortu.. modelnya mirip2…
Mesin jahit jaman baheula modelnya seragam ya Mas Andi 🙂
bu dulu juga sering menjahit sendiri baju untuk saya, namun saya sama sekali tidak bisa menjahit menggunakan mesin. Menjahit tangan sih bisa dan lumayan rapi, tapi ga tahan sama capeknya…
Mesin jait itu memang perawatannya ribet, aku sampai skarang masih punya mesin jait punya mamah 1 punya aku 1, dari kecil udah diajarin jait dan lumayan bisa jait sendiri sampai sekarang. #muka garang pinter jait :))
Mama-mama jaman old, pasti punya mesin jahit. Salah satu pelengkap rumah tangga. Benda indah yang bisa disimpan sebagai kenangan ya Irham
Aku waktu kecil suka jahit juga, tapi jahit manual pake tangan bebikinan baju barbie. Belom pernah kalo belajar pakai mesin jahit. Nah, sekarang ada yang portable gitu aku suka pengen belajar juga deh. Mayan itu kan buat jahit yang sobek-sobek dikit mah yaaa
Nanti untuk jahit baju baya sendiri ya Ran..Dulu juga aku suka menjahit baju boneka. Eh setelah punya anak sendiri malah tak sempat membuatkan baju untuk mereka 🙂
Jadi ingat kalau ibu sedang luang pasti menyempatkan diri untuk menjahit. Tetap kenangan itu selalu ada 🙂
Karena kenangan yang kita simpan indah, jadinya emang enak menyimpannya ya Mas 🙂
Kayaknya zaman dulu emang masak sama jahit jadi keterampilan default buat para perempuan yah.. 🙂
Tapi kalo disuruh pilih, aku mending belajar masak drpd jahit hahaha. Gak telaten masukin benang ke jarum :))
Cheers,
Dee – heydeerahma.com
Memang menjahit butuh banget kesabaran dan ketelitian. Kalau aku entah mana yang harus dipilih, waktu muda senang dua2nya..Eh belakangan malas dua-duanya..Tapi di rumah punya mesin jahit sih, buat nambal-nambal yang sobek atau jahit ujung kain batik koleksi kesayangan 🙂
Aku pernah pake mesin jahit portabel pas ada workshop Mbak. Eternyata bisa. Gampang ternyata. Gak kayak mesin jadul yg kudu mengayuh di kaki …
Ibu2 malah nyangkanya aku tu emang tukang jahit. Padahal baru pertama kali diajarin. Wkwkw…
Ketika teknologi masuk, maka segalanya dimudahkan ya, Mas 🙂
bener banget, mbak. menjahit dan memasak itu keterampilan yang dapat membuahkan pendapatan. ibuku sendiri sama kakakku nggak pake mesin jahit, cuma menjahit pakai tangan 😀
Di sekolah zaman saya SD SMA juga diajarkan keterampilan seperti ini. Dalam pelajaran PKK Kalau tidak salah. Tidak tahu sekarang apakah pelajaran seperti ini masih ada dalam kurikulum. Untuk zaman saya 2 keahlian ini menjadi life skill yang juga bisa digunakan untuk menambah penghasilan
sejak zaman saya, nggak ada pelajaran atau ekskul wajib seperti ini mbak 😀
Mungkin perencana pendidikan melihat jaman sudah berubah, jadi keterampilan murid-murid juga mesti mengikuti jaman ya Mas 🙂
positive thinking-nya seperti itu mungkin, hehe. saya sih melihat menjahit dan memasak masih relevan banget 😀
Aku juga. Dua keterampilan itu juga melatih kesabaran 🙂
Kl saya malah papa yang lebih mahir menggunakan mesin jahit hehe, jd dulu kl mendekin celana tinggal bilang sama papa :p
Pasti Papa yang baik, Leonard. Meringankan tugas istri untuk membantu keluarga dalam kebutuhan jahit-menjahit :-):-)
Aku juga tumbuh dengan suara mesin jahit
Mbahku dulu hobinya jahit, cuma sayang dia gak berani ngajarin cucunya soalnya takut ketusuk jarum. Màklum masih piyik, pas udah gede eh Mbahnya udah gak ada
Iya kalau kalau cucu gadis Simbah masih terlalu kecil, kuatir lah Tangan Mungil itu bakal tertusuk jarum….:-):-)
Kok aku ikutan sesih ya bacanya
Langsung kangen mama di rumah.
Ayo cepetan telepon mama. Kenangan bersama ibu akan selalu memikat karena ia punya tempat khusus dalam hati kita, Dar
Ini blog baru mb Evi kah? Wah ga nyangka ya ternyata mbak Evi dekat dgn mesin jahit juga Saya pun mb, nenek yg suka menjahit. Eh sekarang dpt suami yg punya skill menjahit juga, alhamd
Iya ini blog saya yang satu lagi mbak Prita. Untuk menulis apapun yang terlintas di kepala .
Ternyata banyak ya di antara kita bersinggungan dengan mesin jahit. Secuplik kenangan manis yang dapat menghias kehidupan kita ya
Waah, jadi ingat masa kecil saya. Ibu saya juga penjahit. Saya dulu sering bantu beliau mengobraskan jahitan ibu ke kampung sebelah. Menjelang Lebaran, ibu sibuk sekali dengan jahitan. Namun, beliau tak pernah lupa dan seolah tak kehabisan tenaga menyiapkan buka puasa, makan sahur, dan kue-kue Lebaran. Sungguh, tak ada sosok sehebat ibu.
Ibu kita sosok yang meninggalkan jejak kenangan paling dalam pada Ingatan. Ibu kita adalah yang terbaik kalau sudah urusan merawat anak-anaknya. Semoga ibu Mas Edy dan ibu saya mendapat pahala berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena jasa-jasanya kepada kita. Amin
Kesamaan ibu-ibu jaman old begitu [mungkin] ya? Bisa menjahit dan memasak. Kalau Mamaku masih ada, mungkin beliau kecewa karena anak perempuannya lebih pandai mengetik dibanding menjahit. Dan lebih suka delivery makanan dibanding memasak. Gak kebayang jaman anak gw kalo berkeluarga nanti hehe
Setiap Ibu punya kebanggaan masing-masing terhadap anak perempuannya. Tak pandai memasak atau menjahit bukan berarti Ibu tidak bangga. Aku pikir ibunya Mbak Ratna juga bangga karena anak perempuannya bisa menulis dan memotret sebab kemampuan seperti ini belajarnya lebih susah ketimbang menjahit dan memasak :-):-)
Mesin jahit Makin canggih, perawatannya harus bagus. Minyaknya jangan kurang, mesti maintenance selalu. Menjahit adalah salah satu keterampilan yg belum saya kuasai. Menyesal ga belajar dulu. Sekarang masukin jarum ke benang aja susah banget. Udah ga keliatan. Lalu curhat. Hahaha. Nicely written But as always
Hahaha… Kang Aip pasti terbiasa merawat mesin jahit Ibu di rumah, hafal benar prosedurnya… Kalau soal memasukkan benang ke jarum, samalah, untungnya sekarang ada alat untuk keperluan tersebut …