Aku punya hobby baru, mengamati benda-benda mungil dari belakang lensa camera. Amat suka dan terkagum sendiri betapa dunia yang karena ukurannya sulit diamati mata telanjang punya konstruksi sendiri untuk dikatakan cantik. Seperti buah dari semak berduri yang tidak diketahui namanya, yang aku temukan di tepi hutan di Lampung, merona merah segar seperti tomat di bawah kepekatan tanaman liar lainnya. Durinya yang tajam dan bulu-bulu pada batangnya membuat aku betah berlama-lama mengamatinya. Sahabat blooger dari Bali, Budi Astawa menyebutnya Tuwung Kanji. Begitu pula ketika melihat sayap capung yang bergerak-gerak saat mengepak, lalu ada sentuhan angin yang mendorong sayap transparan itu kebelakang, persip seperti layar kapal menentang angin. Capung merah ini disebut Mbak Mintarsih sebagai Kinjeng Penganten.
Saat seperti itu ada semacam getaran aneh berdenyut dari dalam, seperti ada tangan yang membelai, yang memuncratkan endorphine keseluruh tubuh. Akibatnya lupa pencet shutter dan akhirnya sadar setelah capungnya terbang menjauh.
Tuhan pasti punya rencana mengapa mata kita di rancang bisa menatap sudut 360 derajat saat bersamaan namun abai terhadap dunia mikro. Allah mungkin ingin melindungi kita dari hal-hal yang akan terlalu banyak menyita perhatian sehingga lupa tugas penting sebenarnya dari hidup itu sendiri. Apa jadinya coba kalau dalam gado-gado yang dinikmati tiba-tiba melihat kuman dan teman-temannya berenang di dalam. Tak terbayang jika harus menatap komunitas mikroba yang sedang menjalani aktivitas harian dalam sepotong tempe kita binasakan dalam penggorengan hanya sekedar untuk menikmati rasanya.
Begitu pula otak kita dirancang untuk tidak mengingat semua peristiwa. Peristiwa yang biasa-biasa kecil, sepele, dan tak memiliki arti secara emosional akan luput dari perhatian. Ibarat sampah dia cuma masuk memory lalu dibenamkan ke alam bawah sadar. Otak yang abai terhadap detail ini juga pasti punya tujuan khusus dalam melindungi kita.
Sayangnya, kebiasaan mata dan otak ini, sering membuat kita juga meluputkan banyak hal. Aku yang kalau sedang punya masalah melihat dunia ini gelap saja membabi buta. Sayur asem yang keasinan, misalnya, membuat kelopak mawar hanya semacam guratan-guratan yang diberi warna merah, pink atau kuning. Aku melupakan bahwa dalam guratan-guratan itu ada kedalaman yang bila kucabut akan menghamburkan aroma manis di udara.
Begitupun jika sedang di rundung duka, kalau bisa seluruh dunia harus berpartisipasi dan menangis. Melupakan di suatu sudut tak jauh dari rumah ada sebuah keluarga yang sangat bersuka cita menyambut kehadiran anak pertama mereka. Oh mungkin contoh tetangga terlalu jauh. Mata yang tak bisa melihat detail rumit dan otak bebal kadang melupakan bahwa aku mempunyai semua sarat untuk bahagia.
Mata kita mungkin tak bisa seperti lensa yang bisa di zoom sampai 50 kali sehingga sanggup mengangakat benda-benda micro ke level yang bisa di perhatikan. Otak kita mungkintak seperti memory komputer yang akan menyimpan apa saja sesuai perintah inputannya. Tapi itu tak berarti kita tidak bisa melihat dan merasakan hal-hal kecil yang lewat di perjalanan hidup yang seharusnya menaikan level terima kasih kita kepada Sang Pencipta.
Hujan yang turun rintik sore tadi, membawa aroma laut dari bumi etah belahan mana, membangkitkan sesuatu dari tanah yang saat dihirup melegakan dada yang sedang tak menentu. Belum lagi keluarga yang menyayangi dan teman-teman yang mencintai, tawa mereka, harapan mereka takan habis di gali sebagai sumber berkah dari Allah.
Jadi sobat, mari mulai memperhatikan hal-hal kecil yang selama ini luput dari perhatian kita dan temukan berbagai kejutan di dalamnya 🙂
Salam,
— Evi
71 comments
Mbak, aku juga suka motret dan mengamati hal-hal kecil seperti itu. Pas diamati, sebenarnya banyak hal sederhana yg sebenarnya cantik kalau kita perhatikan ya. 🙂
Betul Mbak Kris, yang tak kelihatan jelas oleh mata bukan berarti tak cantik. Emang sih butuh perhatian sendiri untuk dapat menikmatinya. Welcome aboard 🙂
Mantap Bu Evi, tulisannya.
Saya juga sedang mengoleksi foto-foto seperti ini.
Btw, saya suka dengan kalimat ini, “Tuhan pasti punya rencana” 🙂
Semoga hati dan pikiran kita dapat beriringan sesuai dengan rencana dan kehendakNya.
Terima kasih Mas Har. Allah pasti selalu punya rencana terhadap sesuatu. Bermain di dunia micro melalui lensa macro…wuizzz dah, seru…
Kalo di tempatku, capung disebut sebagai Ndok Erok, Mbak. Keren foto makronya. 😀
Ndok Erok itu dari bahasa daerah mana mbak Nuning? Mirip bahasa Madura ya? Tks atas pujiannya 🙂
Subhanallah,, alhamdulillah kita diberi mata sebagai kamera yg paling sempurna.
Jadi ingat bersyukur bu Evi.. 🙂
Mata kita memang lensa yg paling sempurna Mbak suka. Tanpa dia kita tak akan menikmati warna-warni cantik di alam 🙂
Waaahh hobi baru nih…foto2 makro 😀
Hehehe..Begitulah Mas Toto..Emak2 iseng nunggu waktu…:)
Bu Evi, itu gimana caranya bisa ambil foto capung merah? biasanya capung baru dideketin aja udah terbang lagi 🙂
udah lama banget saya ngga lihat capung merah, padahal dulu waktu saya SD banyak sekali capung merah terbang di dekat sekolah, jd nostalgia
terkadang manusia itu terlalu sibuk mengejar impian besar dan ketika gagal mengejarnya, langsung terlihat betapa sedihnya dia. padahal di sekelilingnya masih ada halhal yang memang kecil tapi bisa memberikan kebahagiaan yang nggak kalah besarnya, jangan pernah lupa bersyukur intinya 🙂
Jongkok diam-diam dimana capung terbang gentayangan. Daya jelajah capung, pindah dari satu dahan ke dahan lainnya gak jauh. Gunakan lensa yg punya besaran sekitar 10-20 kalu. Asal sabar menanti pasti dapat momen tersebut. Yang ini terlalu cepat mencet shuternya..belum ngepas banget fokusnya 🙂
Betul jangan pernah lupa bersyukur. Dan bersyukur itu kelihatannya sebuah kebiasaan. Setelah biasa, banyak hal-hal kecil yg tadinya gak berarti jadi tampak sangat indah. Begitu Miss Titi 🙂
Aku sering melihat dunia mikro di bawah mikroskop.. namun tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya akan kaitannya dengan pandangan kita yang terbatas. Keterbatasan penglihatan itu barangkali dimaksudkan untuk membantu kita dari hal-hal yang tak sanggup kita tanggung. Namun bisa juga diperparah oleh ketidakperdulian kita,sehingga semakin terbataslah daya pandang kita. Sungguh sebuah ajakan yang sangat inspiratif untuk jangan membenamkan diri dari keterbatasan pandangan yang ada. Thanks Mbak Evi, atas renungannya….
Kita kadang menganggap apa yang tak terlihat sebagai tak ada Mbak Dani. Memang itu kesalahan kita yang paling besar, menjadi alasan keterlambatan perkembangan evolusi manusia aku kira. Karena kita anggap tak ada, gimana pula mengeskplorasinya, memahaminya dan mengambil pelajaran darinya? Terima kasih atas tambahan insightnya Mbak 🙂
seperti kata pepatah kan mbak ??
mulaiah dari hal yg kecil yg akan berdampak besar nantinya 🙂
Iya asal jangan galau saja yah hahaha..Kalau galau dimulai dari yg kecil, besarnya bikin kita kalang kabut 🙂
Kata Aagym memang harus dimulai dari hal yang kecil
Sesuai. Dari yang kecil dari yang kita bisa 🙂
indahnya 🙂
Sependapat mbak, hal-hal kecil sering kita lupakan karena ‘kecilnya’. Padahal sesungguhnya dari hal-hal kecil itulah kita jadi pandai bersyukur…
Sama dengan foto-foto yang ada di posting ini. Selain binatang, bunga dan buah itu memang kecil banget, indahnya juga indah banget, mbak Evi…sungguh, saya kagum!
🙂
Jadi besar hati. Sekali lagi makasih Mas Choirun 🙂
Bintang2 di langit tampak kecil dari bumi Mbak Bintang. Keindahan mereka telah mempesona nenek moyang kita sejak ribuan tahun lalu 🙂
Hasil pengambilan gambar fotonya bagus Bun, memilki kesan kehidupan dalam penyampaiannya.
Sukses selalu.
Salam
Ejawantah’s Blog
Trims Mas. Ini sdg belajar. Salam sukses dan mulia utkmu 🙂
benda2 kecil bukan tidak menarik, malah terkadang mengalahkan benda2 besar …
nicee … 😛
Setuju. Dunia kecil punya cerita sendiiri. Tks ya 😉
Wah Mba Evi puny sense of aplah namanya… Aku ga tahu, yang pasti Mba Evi punya krasa [kepekaan yang tinggi akan apa yang terjadi pada lingkungan yang ada,…
Wow pujian yg menajubkan Mas Choirun. Tkks. Kita semua punnyaa sense of apalah ini. Kebetulan saja aku kepikiran menullisnyaa di blog 🙂
Hehe mungkin SENSE OF BELONGING kali ya Mba Evi…?
ya Mba Evi punya rasa yang mungkin tak dirasakanoleh orang lain..
kata dosenku jika demikian berarti sebagai Insan yang Out of The Box…
saya sekarang belum punya kamera yang bagus, pengin sih punya kamera SLR dengan lensa macro
saya dengan segala keterbatasan suka motret motret dengan kamera ponsel. sometimes i wonder dengan sesuatu yang sudah biasa tapi terlihat berbeda ketika terjepret jadi citra foto 🙂
Mas Jar, aku pikkir itu sebabnya mengapa fotografi jd menarik, krn kadang2 citra lbh indah dr realita hehe..
Mengerikan Bu Evi, kalau kita bisa melihat mikroba secara langsung. Wanita cantik tidak lagi terlihat cantik karena kita bisa melihat sel-sel darahnya mengalir dari jantung ke otak dan seluruh tubuhnya. Huaaa…… 🙁
Bersyukurlah karena Allah membatasi kemampuan indera kita. Kalau kita bisa mendengar semut berjalan, kita akan sulit tidur di malam hari. 🙂
Oh apa jadinya kalau seluruh bakteri yg ada dlm mulut wanita cantik itu jg kelihatan Mas Nando. Kita mungkin hidup sprt dalam dunia cartoon, setiap bentuk mungkin tp gak punya esensi manusiawinya
Belum bersyukur pada yang besar kalau belum bersukur pada hal kecil.
Saya suka fotonya.
Karena yg besar, datangnnnyya dr yg kecil yah Mas Yopie. Terima kasih atas pujiannya, pengen banget bisa motrett sprt dirimu 🙂
saya suka gambar bunganya uni,
lain kali di share gambar bunga lain ya uni, di tunggu,..
Kebetulan aku emang suka pd bunga2 Jo. Insya Allah ke depan akan sering bikin foto2nya. Tks for your support 🙂
Kebahagiaan itu terkadang bermula dari hal2 kecil ya Bu Evi… thanks for sharing 😀
Gak hanya kadang, namun most of the time kebahagiaan datang dr hal2 kecil Mbak 🙂
Kepekaan dalam diri akan mengetahui kalau alam adalah pelajaran hidup sesungguhnya…terima kasih banget mbak….untuk segala pencerahannya
fotonya saya suka…jadi kepingin belajar
Terima kasih juga pada Bli Budi Arnaya 🙂 Telah memberikan energi padaku lewat pujian ini. Tambah semangat latihan deh akunya 🙂
Renungan yang bagus banget, mbak 🙂
Memang semuanya butuh kebijaksanaan supaya kita bisa memperhatikan hal-hal yang tepat ya. Kalo terlalu memperhatikan detail, kita malah sering pusing oleh persoalan kecil yang sebenarnya tidak perlu. Tapi kalo hanya melihat hal-hal yang besar dan mengecilkan sesuatu yang sebenarnya berarti maka akan membuat kita menjadi kurang bersyukur 🙂
Foto-fotonya cantik banget, mbak Evi tambah pinter motretnya ya 🙂
Setuju. Makanya kita diberi otak yg bisa menimbang2 oleh Tuhan dan kita harus pandai2 mengasahnya. Mengetahui mana yg perlu dan mengabaikan mana yg tidak perlu. Size bukan ukuran 🙂 Terima kasih atas pujiannya pada foto aku Jeng 🙂
Acapkali kita terlalu fokus pada hal-hal besar dan abai pada hal-hal kecil yg menarik untuk ditelaah.
Ahh, sedu sedan memang menyesakkan dan menjadikan kita memperbesar hal-hal yg sebenarnya tdk perlu dizoom.
Setiap hal memang tersembunyi hikmah besar jika kita merenung sejenak dan ingat akan syukur. Tapi saya sendiri sering lalai akan hal ini.
Terima kasih telah berbagi dan mengingatkan. 🙂
Sepertinya kita sama Mb Lia, me zoom hal yg gak perlu dan membiarkannya menutuppi hal2 kecil yg memercikan kebahagiaan. Salam senasib haha.. tapi you know what, kita punya pupuk organik berlimpah utk tumbuh 🙂
ada jenis terung yang punya duri…buahnya seperti kelopak bunga bergelembung berwarna kuning…keren kalau di foto bunda…
btw, ciptaan yang maha kuasa keren-keren yah…
Yang Tina maksud itu pohon ciplukan kali yah?
Coba mbak foto kutu bisa ndak. . .??? salam kenal pendatang baru. .
Hehe..kutu belum pernah coba. Mesto Nabung dulu biar bisa beli lensa yg sesuai. Salam kenal kembali 🙂
Uni dibutuhkan kesabaran dan sikap hati ‘mapan’ untuk sampai ke tahap yang Uni paparkan, bahagianya Uni Evi sampai ke proses tersebut yang pastinya melalui proses yang sangat panjang. Salam
Duh Mb Prih bisa saja melambungkan orang. Itu yg paling aku suka dari dirimu Mbak, dapat melihat orang dari mata batin. Tks my dear sister 🙂
Kalau dikasih pegang kamera sama teman, saya sukanya justru jepret yang semacam ini, tapi nggak ada yang suka. Si empunya kamera hapusin deh, gambar-gambar yang menurutnya gak penting itu.
Mungkin mereka gak suka memperhatikan objek yang kecil, ya…
Sayang jg ya Falz. Besok2 sediakan memory card sendiri. Kalau ngejepret makro lg kan bisa disimpan, gak dihapus. Temanmu maqomnya belum sampai hehe…
Wah, ide bagus nih, Uni…
Kapan-kapan deh…
Kudu di coba dan pasti gak nyesel 🙂
nangkap capung permainanku waktu kecil,mbak evi. kalo capung berwarna merah kami namakan kinjeng nganten(capung penganten).
ngomong-ngomong untuk memperhatikan yang kecil-kecil memang sebuah perintah, semua penciptaan alam ada maksud, tanpa kesia-sian.
Makasih atas infonya Mb Min, kinjeng nganten. Namanya bagus deh. Dan memang kalau dilihat capung ini glamor sprt mengenakan baju pengantin. Bisa aja orang jaman dulu kasih nama 🙂
Makhluk kecil yang tidak kasat mata memang ada gunanya, misalnya bakteri pembusuk sampah. Karena bagaimana pun dia juga ciptaan Tuhan. Setelah sampah busuk dan bercampur menjadi tanah, akan muncul menjadi pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Salah satunya tanaman pepaya yang biasa kita tanam di pekarangan rumah. Salam
Kalau bisa melihat mikroba yg menyuburkan pepaya california, bisa jd kita akan ngajakin mereka ngobrol ya Mb Arum hehe..
wuih foto nya bagus , hal-hal yang kecil menimbulkan kebahagian bila diiringi rasa syukur 🙂
Thanks Ditaz. Iya kebahagiaan tak selalu berada dlm hal2 besar 🙂
bun ajari moto yg bagus dong
Mb Lid, kt orang fotografi itu 10% teori, sisanya praktek. Mari kita manfaatkan camera membidik objek2 yg kita suka 🙂
Betul, mbak Evi. Memperhatikan hal-hal kecil dari alam, kita justru semakin bisa berasakan kebesaran-Nya.
Gambar yg kedua itu di desa kami disebut “tuwung kanji”. Tuwung artinya terong. Saat memetiknya kami harus sangat berhati-hati. Tap meski sudah berhati-hati, biasanya ada saja duri yang berhasil menusuk tangan ini.
Bli Budi makasih atas infonya. Nanti tulisan ini akan sy update
Ijin menggunakan nama terung ini ya. Makasih Bli 🙂
kalau musim panas aku bisa berjam jam di kebun mbak, krn byk makhluk mungil cantik menarik hati termasuk capung dan kupu kupu 🙂 .. kalau motret makro aku bisanya pakai kamera saku mbak, kalau pakai kamera yg gede malah nggak jadi jadi , sulit, keburu yg mau dipotret melarikan diri 😀 .. itu tomatnya pengen tak caplok ah 😉
Hunting di kebun saat musim panas kerjaanya berwow wow mulu dong mb el, krn alam sdg Show off 🙂
Bu Evi …
mengamati benda kecil … kemudian mengabadikannya … memerlukan kesabaran tersendiri … saya tidak pernah bisa melakukannya …
apa lagi memotret object bergerak seperti capung misalnya … …
Dan bu Evi memang betul …
Mari kita memperhatikan hal kecil … yang mungkin sempat luput dari perhatian kita … sebab … kadang-kadang … Small Things bisa membuat Big Different …
Salam saya Bu Evi
Mungkin karena ini kegiatan baru, Om, jadi urat sabarku masih fresh..kalau sdh terbiasa, apa lagi kalau sdh bisa menghasilkan foto2 indah di kegiatan ini, aku yakin pasti juga akan bosan.
Yeah small think can make big diffrent. Seperti kepak sayap kupu2 di Alaskan bisa menciptakan badai di Indonesia.
Salam saya Om Nh 🙂
betul banget ya Ni, apa jadinya kalau kita bisa melihat semuanya ..
btw, uni dekatin capung itu susah banget…. udah pinter ya uni motretnya
Kalau bisa melihat segalanya, yg jadi dokter juga akan terbirit-birit tiap kali masuk kamar perawatan orang sakit ya Mbak hehehe..
Terima kasih. Sedang belajar. Motret objek bergerak itu ternyata emang gak mudah. Fokusnya ikut lari-lari ..:)