Krui di Pesisir Tengah – Sekitar pukul empat sore, setelah meninggalkan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan kami sampai di Pasar Krui. Ini adalah ibu kota Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat. Matahari pukul empat yang memancar searah kami datang, membuat kota kecil ini ditelungkupi bayang redup di bawah langit biru. Dan sedikit temaran warna jingga memperindah tampilannya. Ditambah lagi temaram di kejauhan. Sesaat melewati Jalan Merdeka dan masuk Jalan Jaya Wijaya mata saya di sergap oleh sisa kegiatan pasar yang terletak di sebelah kiri. Terlihat beberapa orang Bapak tengah melakukan transaksi ikan. Mungkin sisa tadi pagi atau baru naik dari laut, saya gak tahu pasti.
Keunikan Krui di Pesisir Tengah Lampung
Krui merupakan kota pesisir yang menghadap langsung pada samudera hindia. Selain bertani dan berdagang mata pencaharian penduduknya mencari ikan di laut. Tak jauh dari sana ada tempat pelelangan ikan bernama Kuala Stabas. Laut sebagai sumber ekonomi utama daerah ini ditandai dengan pendirian patung ikan Blue Marlin di alun-alun kota. Konon di sekitar perairan laut Krui memang banyak terdapat ikan ini. Bahkan kuliner yang paling terkenal disini adalah bakso ikan blue marlin.
Sejak siang perut hanya dapat ganjalan roti. Maka begitu sampai di Krui di Pesisir Tengah ini mata langsung saja jelalatan. Mencari rumah makan untuk menjinakan naga-naga di dalam. Mumpung sudah di Krui, dekat desa nelayan pula, mata mencari tempat makanan yang bisa mewakili kuliner daerah ini. Sayangnya sudah dua kali bolak-balik sekitar jalan Kesuma, tempat makan yang menonjol lagi-lagi cuma RM Padang. Dalam hati saya bertanya-tanya kemana gerangan Seruit, Gulai Taboh, Pindang baung dan teman-temannya itu? Masa iya tidak ada yang kepikiran membuka rumah makan menu khas Lampung disini? Bahkan saya juga mencari warung bakso ikan blue marlin yang banyak dibincangkan orang sebagai makanan khas pesisir Lampung Barat ini. Namun menurut bapak yang ditanyai warung itu tak ada disana.
Ya begitu lah keunikan Krui di Pesisir Lampung ini. Lebih mudah menemukan rumah makan padang ketimbangan rumah makan Lampung.
- Baca di sini tentang: Pengalaman Pertama Naik Kapal Feri ke Lampung
Setelah menjinakan piraan di RM Padang baru lah bergerak mencari hotel. Krui dengan pantainya yang cantik dan ombaknya yang tinggi sekarang terkenal sebagai tempat bersilancar bagi para bule dan maupun pesilancar lokal. Jadi tidak sukar menemukan penginapan disini. Di sekitar Pasar Krui ada Monalisa Stabas, Wisma Selalau dan beberapa losmen kecil. Mendekati pantai Labuhan Jukung dan Pantai Tanjung Setia juga ada guest house dan beberapa cottages. Saya lihat semua memang bukan tempat penginapan mewah. Mungkin karena kebanyakan tamu yang datang kesini adalah backpackers atau golongan ekonomi lemah seperti kami hehehe…
- Baca di sini tentang keceriaan anak-anak Kuri : Mari Main Kelereng – Keceriaan Suatu Pagi
Setelah beres dengan hotel tiba saatnya menkmati sunset di Labuhan Jukung. Tapi soal Labuhan Jukung dan Pantai Tanjung setia tunggu di notes berikutnya ya 🙂
Salam,
— Evi
45 comments
Maaf Mbak Evi, comment di thread yg sudah lama.
Saya kebetulan butuh rumah kontrakan di Krui. Bagi yang tinggal di Krui mungkin ada yang berminat mencarikan. Minimal 3 tempat tidur, lebih juga tidak apa-apa, ada garasi atau halaman cukup untuk parkir mobil dan agak jauh dari pantai. Komisi nanti dibicarakan.
Boleh langsung SMS/call ke 0818101978. Terima kasih.
itu tugu datuk alias DAmar TUhuK, ikon kota krui
Terimakasih atas tambahan infonya. Jadi nama patung itu Datuk 🙂
Salam..sy hasan..sy dlm waktu dekat berencana akan ke krui..tp sy blum tau tentang tempat penginapan di sini..sy lebih memilih losmen atau wisma murah..maklumlah kita orang bawahan..apakah ada losmen dan wisma murah di krui..kalau ada kira2 berapa tarifnya utk yg murah..?..sekian pertanyaanya dan trm kasih ya..atas infonya..
Malah di Krui tak ada hotel mahal..:) Sepanjang pantai Krui, banyak rumah penduduk yg disewakan sebagai losmen. Datang saja Bro..Karena ini bukan pantai yg ramai seperti Bali, penginapan ada tersedia setiap saat..Sayang saya gak punya kontak losmen yg pernah kami inapi..:)
sy lahir dan dibesarkan di lampung (tanjungkarang) sampe kelas 1 SMA (th 1970), sekarang saya di yogya. saya pernah ke Krui tapi waktu itu jalannya jelek sekali bikin perut mules. ya sy kangen sm seruit dan pindang baungnya. meskipun sy sering bikin pindang tp bukan ikan baung (patin) jd yaa.. beda… kangen jg sm temen2 di sana dan pentainya yang cantik..
Untuk sekarang, Krui jalannya sdh bagus deh Mbak Wahyu..Dan benar pantai2 di Lampung cantik-cantik, airnya biru kehijauan seperti batu permata..:)
pernah dibesarkan di lampung tapi belum pernah denger eksotisnya hemm lanjut baca lagi ah
bagi yg ingin menikmati keindahan pantai krui kami menyediakan kamar2 murah dan nyaman didekat pantai hanya 75.000/orang/hari sudah termasuk sarapan, hubungi saja mr disa 085383710078 atau freshboyz_29@yahoo.com
Hehehehe… keasyikan baca postingan soal kuliner, saya kira Krui itu juga nama makanan… Nama kota toh rupanya…. Cantik ya kotanya….
Krui pasti punya romansa sendiri bagi penduduknya. Bagi pendatang yg menengok dari permukaan saja, Krui itu unik dan cantik 🙂
aku juga asing dengan nama2 makanan yg disebutin mba evi…
belum pernah kesana 🙂
Tidak seperti masakan Padang, masakan Lampung belum mengalami komersialisasi Mama Hilsya 🙂
Priiiit, pengemudi speda motor banyak yang tidak pakai helm.
Saya perhatikan emang juga begitu Pak. Yang mengendarai mobil saya lihat juga banyak tak mengenakan sabuk pengaman 🙂
melihat fotonya agak males…
kabel bertebaran ga jelas..
😛
Iya, ini kan ciri khas pembanguna di masa lalu, kabel-kabel listrik dan telepon bergelimpangan di udara..Tapi mending di udara saja dari pada dalam tanah, kita gak akan tahan kalau PLN dan Telkom gantian gali menggali di tempat yg sama. Mereka kerja kan tak terorganisasi..siapa yg punya hajat ayo saja gali, gak mikirin para pejalan yg terganggu 🙂
iya ya.. di Lampung nggak ada yang sediakan makanan khas sana
kamipun kalau nyeruit ya di rumah aja Ni..
Kenapa yah gak dikomersilkan oleh orang Lampung, padahal enak banget kan ….Namanya saja sudah menjual lho Mbak Monda 🙂
hehehe…sama tuh sama koment mbak lidya saya..biasa makan nasi biarpun perut dan kenyang dengan berbagai makanan kalo belom makan nasi rasanya blom makan 🙂
wah dokumentasi jalan jalannya keren nieh…jadi gigit jari..pingin jalan jalan 🙂
Hahaha..Perut kita kayaknya salah didik nih ya Mama-Kinan..Terima kasih..Menuliskannya luman iseng2 penghilang jenuh 🙂
wow, tulisan edisi Lampung ini hingga 3 edisi ya…. kayaknya masih bisa dilanjut neh…. Membacanya, mengingatkan saya saat dulu mahasiswa pernah diajak kawan ke Lampung, nginap seminggu di Kotabumi, juga jalan-jalan tentunya. Tapi, membaca postingan ini, sungguh terima kasih saya, ternyata banyak yang belum saya kunjungi.
Insya Allah masih banyak edisi ke depan Pak Akhmad..Cuman ya menuliskannnya saja saya sedang malas gara-gara sdh kecapkeak kerja..Memang Lampung cukup luas Pak dengan budaya dan pemandangan alamnya, rasanya gak akan cukup waktu seminggu untuk dijelajahi 🙂
Mbak, kalo mau makan pindang baung, ke Palembang yuukk..di sini di rumah makan yang menawarkan aneka pindang biasanya ada juga yang nyediain pindang baung 😀
Memang yaaa rumah makan Padang berjaya di mana-mana, hehe
Yah kok dekat amat nyari pindang baungnya Jeng Lissa. Gak ada yg lebih jauh? Hehehe..Emang orang padang kalau pergi merantau, keingatan pertama usaha adalah rumah makan, setelah itu baru jualan baju atau tekstil 🙂
Wah… .seruit… .dah kangen nih rasanya… .terakhir makan di tahun 2005 di rumah saudara di Tanjung Karang… .sekarang dah lupa rasanya… .jadi pengen nyobain lagi… .
Kalau di Rumah Kayu – Bandar Lampung ada menu Seruit Pak Johar. Jadi kalau jalan-jalan ke Lampung bisa ngilangin kangen dan kembali mengingat rasanya kesana 🙂
kalo oleh-oleh khas lampung itu, kripik pisang nya buk yang beranega ragam rasa.. dhe pernah mendengar daerah Krui, tapi sepertinya belum pernah kesana.. hehe 😀
Iya Dhe keripik pisang mereka enak. Semoga suatu saatt Dhe berkesempatan bersilancaar di Krui 🙂
seruit, gulai taboh, pindang baung, sangat asing nama menu ini mbak di telingaku, jadi penasaran kayak apa rupa dan rasanya … seperti biasa fotonya cantik cantik mbak, cerahbercerita banyka, foto masjidnya cantik juga ya 🙂
thanks for sharing 🙂
Makanan khas lampung ini emang agak sukar ditemukam Mb Ely. Temanku yg dari Krui mengatakan, kecuali sengaja dimasakinn oleh orang Lammpung. Terimma kasih pujiannnya atas foto2 saya. Masih belajar dilevel technical,,belum masuk ke seninya 🙂
Ga tau kenapa, foto2 kegiatan masyarakat di atas nampak sexy bgt buat saya..
Aiiihh Mb Lia, kita punya kesamaan..Suka melihat kehidupan berdenyut disekiitar kita 🙂
salut dengan mbak Evi ini…semua moment dibuat indah banget…jalan2 yang indah yach
Hehe….Ini dalam rangka belajar bersyukkur Bli Budi.
Apapun yg mampir dalam hidup kita! Pasti punya sisi yg bisa! Dipandang lewat keindahannnya. Terima kasih ya Bli 🙂
wah, uni jalan2 terus,
dalam rangka apa uni?
pulang kampung?
Gak pulang kampung Jo, cuma silaturahim dng kerabat yg tinggal di Lampung dan sisanya jalan2 🙂
Kota nelayan yang menarik. Tapi bener juga ya.. sayang amat jika tidak ada yang terpikir untuk membuka rumah makan masakan asli di sana.. Padahal pengunjung kota justru jelalatan mencari suguhan aslinya ya he he..
Betul Mbak peluang pasar untuk makanan asli terbuka disitu. Krui kota persinggahan sebelum melanjutkan jalan ke Tanggamus. Selain wisatawan ada orang lewat sbg calon konsumennya 🙂
Uni Evi, Krui-nya cantik nian. Perjalanan yang dinikmati menularkan kegembiraannya kepada kami yang baca postingan ini. Salam
Mengenal tempat lbh banyak di luar habitat sendiri ternyata membuat candu Mb Prih 🙂
biasa makan nasi ya bunjd roti masig kurang hihihi saya jufa gitu biasa perut ndeso nih saya.
Haha..sama dong kita Mb Lyd, kalau belum masuk nasi namanya belum makan
Hahaha,,Tanggung Mas..Pulang dari Ranau kita ambil jalur pesisir selatan. Ah ternyata viewnya keren habis..:)
woww…
Sampai ke Krui juga ternyata 🙂