Kehidupan dan Topeng Kita – Kehidupan manusia berawal dari rahim ibu. Gelap, sempit, mengurung, tapi sekaligus hangat dan nyaman. Di dalam rahim tak satupun yang perlu dikuatirkan. Segala keperluaan penopang kehidupan tersedia. Serba gratis. Pun tidak ada kewajiban. Satu-satunya tugas hanya menjalani hukum alam, memberi kesempatan kepada waktu untuk penyempurnaan fisik.
Sayangnya rahim yang hangat itu hanya persinggahan sementara. Semacam ruang persiapan sebelum diceburkan ke dunia sebenarnya. Ke kehidupan maha luas, penuh sesak dan persaingan.
Baca Mengapa Pria dan Wanita Saling Merindukan
Untungnya kita dilengkapi otak yang kompleks. Selain mengendalikan seluruh fungsi tubuh, otak juga perangkat bagaimana bereaksi dalam ruang yang serba tak pasti. Itu lah mengapa kita perlu menangis saat lahir. Karena tangis pertama mengatakan terputus hubungan dari rahim ibu sesungguhnya menyakitkan. Memberi tahu orang dewasa bahwa mengarungi kehidupan bukan pilihan kita sejak awal. Tangis pertama juga menyampaikan pesan: ” Okey beri aku selamat karena berhasil mengalahkan jutaan saingan saat pembuahan. Aku lahir. aku survive!”
Waktu berjalan. Kita belajar mengakrabi dunia. Otak belajar membaca respon yang diberikan lingkungan.
Perlahan kita sadar, suka atau tidak, hidup tak bisa melulu dihadapi dengan tangis. Kita menghadapi berbagai benturan realita. Kita terluka, kita berdarah, kita menangis diam-diam. Tapi kita juga semakin kuat. Kita tahu bahwa hidup memberi pilihan-pilihan. Kalau tidak A, kamu boleh loncat ke gerbong sepanjang 25 huruf. Bahkan Z bukan lah pilihan akhir.
Tahun-tahun berganti. Sepanjang jalan kehidupan pengalaman bertambah. Sekalipun alam bawah sadar terus mencari dunia yang hilang, dunia rahim, dunia nyaman, kita juga dibekali insting agar tetap bertahan. Kita dipaksa bergerak oleh waktu. Kehidupan harus diisi. Agar tak terlempar begitu saja dari sana kita perlu menemukan berbagai formula bertahan hidup. Salah satunya kita perlu menggunakan topeng.
Yah memakai topeng adalah mekanisme pertahanan hidup paling tua yang pernah di kenal umat manusia.
Baca Berebut Pedra Branca di Selat Singapura
Mengenai Topeng atau Penutup Wajah
Sebuah masker atau topeng merupakan benda yang dipakai di wajah. Berfungsi sebagai perlindungan, menyamar, melakukan pekerjaan rahasia, atau hiburan . Topeng juga berfungsi sebagai media pemujaan, simbol, pelengkap upacara adat, pelengkap busana tari, souvenir, sampai sebagai elemen dekorasi. Sudah digunakan umat manusia sejak zaman kuno. Kebudayaan Jawa dan Sunda banyak menggunakan topeng dalam pentas tari-tarian. Sementara di Suku Asmat di Papua menggunakan topeng dalam kaitan kepercayaan yang diturunkan nenek moyang. Totem-totem raksasa mereka sudah terkenal seantero dunia. Begitu pun pesta topeng untuk menghormati roh orang mati. Berbagai jenis topeng etnik nusantara seperti Topeng Plok, Topeng Jawa, Topeng Dayak, Topeng Papua, Topeng Madura, Topeng Cirebon, dan topeng Sumatera mengalamai perkembangan bentuk dan fungsinya.
Lalu ada Topeng Emosional
Topeng emosional adalah topeng yang kita pakai untuk menyembunyikan berbagai hal dari dunia dan realitanya. Dan topeng ini banyak nian jenisnya.
Misalnya, bila merasa tak aman terhadap seseorang, merasa cemburu, iri atau dengki, kita mungkin menyembunyikannya dalam berbagai kritik. Bahwa ia tak bermoral,jahat, tak jujur, tak setia, tak peka, kurang beradat, atau mungkin juga bodoh. Sejarah banyak mencatat orang-orang terkenal dijatuhkan namanya karena ia telah menimbulkan rasa tak aman bagi orang lain.
Bila kita tidak yakin dengan kekuatan kita, kita bisa bersembunyi di belakang topeng. Kita akan berpura-pura. Membuat kalimat-kalimat penghibur, kita cari alasan, sampai perasaan yang menggangu tersebut tertutup kabut .
Baca Pilih Kata-Katamu
Bila kita berpikir dunia tak mencintai kita, kita merasa berhak bersembunyi di balik topeng kemarahan . Mengatakan dunia tidak adil, penduduknya brengsek.
Kita menyembunyikan utang untuk membayar gaya hidup yang tidak mampu kita bayar. Di tempat kerja kita berpura-pura baik-baik saja. Kita bahagia dengan hidup kita sekalipun di belakang bunga hutang dan deb collector seperti naga hitam yang setiap saat siap menerkam.
Begitu pun kita juga bisa berpura-pura baik-baik saja dalam pernikahan padahal mulai berjarak. Kita berdalih bahwa itu bisa dimaklum karena sama-sama sibuk.
Johari Window
Teman-teman pernah membaca tentang Johari Window? Ini adalah sebuah teknik yang diciptakan dua orang psikolog Amerika, Joseph Luft pandu (1916–2014) dan Harrington Ingham (1914–1995). Berguna membantu kita dalam memahami relasi kita (diri) dengan orang lain. Digambarkan dalam matrik 4 sel. Masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri): Daerah Publik, Daerah Buta, Daerah Tersembunyi, dan Daerah yang Tidak Diketahui.
- Apa pun yang kamu ketahui tentang dirimu dan bersedia memperlihatkan kepada orang lain adalah bagian dari area terbuka (publik).
- Aspek apa pun yang tidak ketahui tentang dirimu, tetapi orang lain tahu berada di area buta.
- Ada juga aspek tentang dirimu yang kamu sadari tetapi kamu tidak ingin orang lain tahu, kuadran ini dikenal sebagai Area Tersembunyi.
- Yang terakhir, satu area paling misterius dari Jendela Johari. Arena ini tidak kamu ketahui juga orang lain . Namnya area yang Tidak Diketahui.
Topeng Apa yang Kamu Pakai?
Membaca dari Pshycology Today, alasan paling umum mengapa manusia memakai topeng emosional yang juga disebut sebagai Imposter Syndrome — ketakutan bahwa dunia akan menemukan kita. Kita yang sesungguhnya berada dalam matrik buta, tersembunyi, maupun tak disadari.
Salah satu ketakutan terbesar itu jika kita menunjukkan jati diri sesungguhnya, dunia akan berkata: “Oooo segitu doang.” Apa lagi hidup di era sosial media yang disebut-sebut penuh pencitraan. Belum pernah dalam sejarah umat manusia ketika citra diri dipoles sedemikian agar selalu cemerlang. Kita ingin terlihat pandai, dermawan, menawan, pengasih, lembut, cantik, dan tak pernah hitung-hitungan. Nah ketika dunia menemukan bahwa kita tidak lah seperti itu, citra palsu itu seketika berkeping. Harga diri jatuh bersamaan dengan luka hati.
Kehidupan dan Topeng Kita Yang Kadang Perlu Dilepas
Tapi selalu hidup dalam topeng tentu saja melelahkan. Hidup dalam topeng menuntut sejumlah energi.
Dan jika ingin hidup dalam ketentraman batin, seperti dalam rahim ibu, kita perlu melepas topeng-topeng tersebut. Minimal sejenak. Memberi kesempatan diri sejati saling mengakrabkan diri.
Caranya?
Hidup lah dalam potensi diri. Ingat lah kita unik. Kita sudah memenangkan pertarungan dari calon-calon manusia sejak dalam rahim. Mungkin memang banyak yang punya keahlian seperti kita atau mungkin ada yang lebih baik. Namun tidak satu pun di dunia ini orang yang menyamai kita. Entah kepribadian , kreativitas , atay semangat. Keunikan pribadi adalah sesuatu yang tak bisa dicocok-cocokan.
Yang terburuk dari selalu berpura-pura adalah, pada suatu titik kita bisa kehilangan kendali diri, melupakan siapa diri sesungguhnya. Selalu cubit tangan sendiri bila keiingin berpura-pura muncul ke permukaan.
Ketika memakai topeng, kita sudah mengumumkan kepada dunia bahwa kita tidak berharga. Perasaan tak berharga itu menyakitkan. Penghambat perkembangan spiritual. Sering-sering lah duduk tenang, biarkan bisikan-bisikan nurani muncul ke permukaan. Itu akan sangat melegakan.
Ya begitu lah, topeng akan selalu kita gunakan dalam kehidupan. Tapi menyadari kita menggunakan topeng adalah penemuan tercerdas dari semua penemuan diri. Melepas topeng-topeng yang tak perlu dari kehidupan merupakan pintu masuk kedamaian.
Kehidupan dan topeng kita. Selamat memakai topeng. Selamat melepas topeng 🙂
@eviindrawanto
21 comments
nendang banget kalimat yang ini: *Keunikan pribadi adalah sesuatu yang tak bisa dicocok-cocokan* 🙂
Begitu lah kiranya, Mbak. Satu yang tak bisa ditiru-tiru dari setiap individu adalah keunikan pribadi. Kalaupun ada yang berusaha akan kelihatan kok itu fake, hasilnya tentu jadi aneh 🙂
Tulisan yang menggugah mba evi, jadi teringat lirik lagu..buka dulu topengmu..biar kuliat warnamu..
Terima kasih Mbak Dew. Topeng emosi yang digunakan umat manusia juga sudah setua peradabannya sendiri. Sudah diketahui lama dan bija jadi pemicu kreatifitas. Misalnya digunakan sebagai kontrol sosial tapi disampaikan lewat seni seperti lagu 🙂
Bahaya ya kalau terlalu nyaman hidup dengan menggunakan topeng, bisa-bisa malah lupa dengan kehidupan asli tanpa topeng itu seperti apa.
Selalu suka deh sama bahasa TanEv di blog ini 🙂
Kalau kelamaan menggunakan topeng orang akan lupa bahwa mukanya bertopeng. Tapi kalau jadi lebih baik tak apa. Yang parah bila topeng dengan yang di dalam tak sesuai. Ibarat sistem imun tubuh menolak benda-benda asing, sakit lah rasanya 🙂
Baca Johari jadi inget lagi jaman kuliah kinyis-kinyis baheula hiihihi
Iyes Johari Window pun mengingatkan aku pada bangku kayu, kursi bermeja, dan dosen-dosen 🙂
keren, aku baru tau ternyata salah satu jenis topeng itu merupakan bagian dari kepribadian seseorang yachh.. huhuhu dan topeng juga berkaitan dengan kehidupan kita, aku jadi ingat waktu kecil istilah ini ” kamu jangan pernah menampilkan topeng monyetmu di depan kita” mungkin beda mksdnya entahlah
Mungkin yang berkata begitu sedang kesal banget Yop hahaha..
Kalau aku mah orangnya apa adanya, di sosmed ma dunia nyata sama saja heuheu mbak ev
Idealnya begitu Mbak Vita. Capek lah hidup kalau depan belakang beda. Yang parah kalau lupa, topeng belakang digunakan di depan, kan repot 🙂
Tulisan opini. Suka euy..
Ejie baru tau ada imposter syndrome begitu mbak unik. Kalau topeng emosional, sebagian orang (mungkin) memilikinya yah? Entahlah..
Iya setiap orang mempunyai topeng emosional, Eji. Hanya saja kadar bentuk dan ketebalannya yang berbeda. Ada yang terus menerus pakai topeng tapi ia tidak tahu telah menggunakakannya 🙂
Menarik ini buat diulas, mb. Pakai topeng tanpa sadar…
Yoiii..Makasih Ejie 🙂
siap, mb..
Kalau ingat topeng kenapa pikiranku langsung ke lagunya Peter Pan ya hahahha.
Dulu pernah nggak sengaja masuk museum topeng di Malang; biarpun cuma sedikit koleksinya, tapi asyik juga lihat ragam topeng dari berbagai tempat.
Dan aku lupa lagu Peter Pan mengenai topeng hehehe
Iya aku juga pernah masuk ke museum topeng Malang. Sekalipun koleksinya sedikit, setidaknya memberi informasi betapa kreatifnya otak-otak penciptanya..:)
Luarbiasa . . .
artikel di blog ini keren-keren.. izin numpang belajar yaa
Waaa..biasa-bisa saja kok Mas. Terima kasih sudah mampir ya..