Jangan Kau Petik Bunga di Tepi Jalan : Iseng menunggu di sebuah SPBU Trans Sumatera, saya berkeliaran di kawasan sekitar. Usai dengan toilet, rasa ingin tahu menuntun saya melangkah ke tepi jalan raya. Nah di sana lah bertemu bunga soka kuning ini, tumbuh di atas sejumput tanahdi luar pagar. Sepertinya bukan bunga liar. Seseorang pernah menanamnya suatu ketika di masa lalu. Nah karena hujan dan panas bergantian secara ekstensif di Desember ini, mahkota bunganya kembali menampakan diri. Daun dan mahkota bunga segar merebak dari ranting kering di bawahnya.
Bunga ini menjadi istimewa karena saat itu saya jadi ingat filosofi menarik yang pernah dibaca tentang bunga soka. Ia bisa membebaskan jiwa dari penderitaan. Untuk jelasnya bisa sahabat blogger temukan pada pos : Ni Made Sri Andani , blogger, dokter hewan, pemasar dan faseh soal tanaman. Tak heran lah beliau saya panggil sebagai Dokter Pu’un.
Bunga soka kuning ini juga membawa ingatan pada sebuah lagu. Bukan tentang bunganya melainkan tempat tumbuhnya. Nah ada yang tahu lagu Koes Ploes ( grup band tahun 70-80an) dengan judul Bunga di Tepi Jalan?
Generasa saya pasti bisa mengingatnya walau sayup-sayup. Saat SD lagu ini acap kali terdengar. Bergema dari radio di rumah maupun tetangga. Atau keluar dari rumah warga saat saya melintas hendak pergi atau pulang sekolah. Bahkan kala itu sampul buku tulis bergambar Koe Plus dengan syair-syai di belakangnya. Ah jadi remaja kecil di tahun 80-an memang unik.
Ada yang mau tahu syair Bunga di Tepi Jalan oleh Koes Ploes? Begini :
suatu kali ku temukan
bunga ditepi jalan
siapa yang menanamnya
tak seorangpun mengira
bunga ditepi jalan
alangkah indahnya
oh..kasihan
kan kupetik
s’belum layu
————————-
disekitar belukar
dan rumput gersang
seorangpun tak kan mau
memperhatikan
biarlah kan kuambil
penghias rumahku
oh..kasihan
kan kupetik
s’belum layu
Jaman Koes Ploes berjaya mungkin belum ada kampanye tentang lingkungan hidup. Melihat bunga cantik di tepi jalan insting ingin memiliki langsung tumbuh, ingi memetik dan di bawa pulang :). Meski lagu ini hanya analogi dari gadis yang “hidup tak bersesuaian dengan norma berlaku”, ada pesan praktis dari lagu ini. Bahwa seseorang menganggap bunga di tepi jalan tak berpemilik maka berhak mereka miliki.
Pesan Kelestarian Lingkungan
Tapi hendaknya kita keluar dari cara berpikir tersebut. Bunga memang cantik, wajar jika semua orang jatuh cinta. Tapi tak perlu lah menggangu bunga cantik itu di tempatnya. Kalau sengaja di taman untuk diambil bunga sudah wajar. Tapi bunga cantik di tepi jalan atau dalam hutan tak perlu di petik. Kagumi saja. Kalau pun tak rela foto saja tapi jangan memetik. Biarkan bunga tersebut ditemukan orang lain, dikagumi orang lain, dan menghiasi lingkungan.
Karena bunga di tepi jalan memang tempatnya di sana. Biarkan alam yang menentukan nasibnya.
Salam,
–Evi
46 comments
gak usah d petik…d poto aja lah…
suka fotonya..
ah, dulu suka terngiang lagu itu saking seringnya diputer di tipi, dulu sempat jadi soundtrack sinetron kan
Nah kalau sebagai soundtrack sinetron gak inget, Amel. Tapi suatu ketika lagu Koes Ploes ini emang terkenal banget..Makanya kalau melihat bunga di tepi jalan, asosiasi orang langsung pada lagu ini 🙂
nice pict and nice flower….:)
Thank you for both 🙂
Saya suka bunga soka, karena mudah merawatnya dan bertahan dalam cuaca apapun, bisa tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah.
Soka bunga untuk segala cuaca dng penggemar sejuta umat ya Mb Ratna 🙂
Saya suka foto yang atas. Bagus….
Tapi kalo lagu, koq saya ingetnya lagu Sheila on 7, ya?
Tks Mas Nando, senang dpt pujian dr tukang potret. Kalau soal lagu, kan gara2 beda generasi 🙂
Penampakan ‘bunga ditepi jalan ini cantik plus menawan … itu pasti hasil karya dari seorang yang ahli ‘potret-memotret … sayang lagu itu kurang di kenal oleh hatiku … namun saya memang tidak berani memetik ‘bunga jalanan … 😛
Hehe…aku baru belajar motret belum bisa disebut ahli. Tks eniwe 🙂 Lagu ini emang jadul, di jaman saya remaja saja msh bisa disebut lagu lama 🙂
berarti, nanti-nanti kalo mau bilang sayang ama pacar jangan pake bunga. kasi pu’un aja sekalian hehehehe..
Bunga potong gak apa-apa lagi, tujuannya kan emang buat seperti itu. Kalau kita gak beli, nanti petani bunga potong jualannya gak laku dong 🙂
Di tangan Uni Evi, si jelita soka tambah kinclong auranya, tanaman ini sangat tahan cuaca, semakin terbuka lahannya bunganya semakin cerlang. Sayang mudah rontok eh keliru untung mudah rontok sehingga lebih dinikmati sebagai elemen taman bukan bunga vas. Selamat menikmati pergantian tahun dan menyambut Tahun Baru Ubi Evi. salam
Dear Uni Evy, mohon maaf karena semangatnya bisa connect balik ada yang salah ketik di sapaan di koment di atas mohon dibetulkan ya (jemari tua suka tremor, weleh ngeles dari kurang cermat). Selamat menyambut tahun baru bersama keluarga. Salam
Gak apa-apa Mb Prih. Aku juga melakukan hal yg sama, jika terburu-buru atau malas ngecek setelah nulis..:)
Oo..mungkin karena itu bunga ini sekel menurut Mb Dani, Mb Prih. Dia emang tumbuh di tempat terbuka
Mbak Evi, tadi Bu Prih bilang ke aku katanya nggak bisa main ke tempatnya Mbak Evi. Aku nggak tahu kenapanya.. jadi nggak bisa bantu memecahkan masalahnya. Coba Mbak Evi ke tempatnya Bu Prih & tinggalkan comment.. barangkali beliau bisa terconnect balik..
Thanks ya. Selamat tahun baru, Mbak..
Mb Prih berkunjungnya ke blog eviindrawanto.com kali Mb Dani. Blog itu emang sdg ada masalah. Belum bisa dibetulin krn lagi gak di rumah mbak. Sori telat balas, signalnya byar pet kaya PLN hehe..Met tahun baru. Dan terima kasih atas pergatiannya 🙂
saya justru suka dengan bunga itu, hhiihi..makanya waktu anak-anak sering metik dpinggir jalan, sekarang enggak sih.. 😀
salam
Yah kalau msh kecil di maafkan lah Mas Ari 🙂
Saya suka sekali memetik bunga ini, kalau ketemu di jalan heee jadi inget waktu smp…Selamat menyambut tahun baru..ada bingkisan di rumahku, semoga berkenan
Suka memetik bunga di tepi jalan ya Mas Budi..Untung sekarang sdh gede ya, jadi awet deh tanamannya. Selamat tahun baru juga mas. Hore dpt bingkisan. Tunggu aku ambil ya. Tks Mas 🙂
Nah… sudah beralih profesi menjadi fotografer sekarang rupanya? he he..
Hasil bidikannya bagus banget – kayanya kombinasi lensa yang bagus + usaha memposisikan diri yang baik saat ngejrepet object ya..
Tanamannya kelihatan sehat dan sekel banget. Lihatlah batang dan daunnya..hijau sehat seperti sangat percaya diri menghadapi hidup. Rupanya alam telah merawatnya dengan sangat baik ya Mbak Evi..
Pake acara jongkok di tepi jalan Mb Dani hehe. Terima kasih atas pujianya.
Nah ini pengamatan seorang dokter pu’un, saya pikir tadinya semua bunga soka sekel sprt ini. Kalo gitu setuju Mbak bahwa alam telah merawatnya dengan baik. Padahal tiap hari dia pasti menghisap udara mengandung timbal yah mengingat tempat tumbuhnya.
ha ha.. sudah kuduga.. pasti pakai acara jongkok ini..
Belajar dari para fotografer profesional, yang aku perhatikan tak keberatan jongkok atau sambil tiduran asal dapat sudut yg memenuhi selera mereka mbak Dani 🙂
dengan berbagi diblog ini, saya sudah menikmati keindahan dari bunga tersebut,
terima kasih atas fotonya uni, 🙂
Walau fotonya msh out of focus ya Jo hehe..terima kasih kembali
kemana soka ku yang dulu yaaa??
Dipetik seseorang lalu disimpan di hatinya Mas Budi 🙂
Sepakat dengan sahabat yang lain, fotonya cantik banget.
Merusak memang lebih mudah daripada menjaganya ya Mbak Vi. Dalam hal apapun…
Nice photo.. 🙂
Thank you 🙂
sudah lama ndak lihat kembang soka mbak, cantik ya kembangnya, jepretannya bagus sekali mbak 🙂
bener, jangan dipetik biar semua orang bisa lama menikmati kecantikannya 🙂
Thanks mb Ely. Pokoknya biarpun bunga tak ada tuannya di larang keras di petik. Orang lain kan jg suka memandangnya 😉
Saya kalo liat Asoka, teringat mama, beliau suka sekali menanam bunga termasuk aneka jenis asoka ini. Di rumah ada asoka merah, oranye, kuning, dan putih..cantik sekali 🙂
Bunga itu selalu cantik ya Jeng Allisa, gak masalah apapun warnanya. Si mama wanita telaten pasti, suka merawat bunga2 🙂
bunga seperti ini dulu dipelihara sama nenekku… namanya bunga soka, ya?
Iya soka. Kalau yg ini soka oranye di tepi jalan hehe..
waahh.. bagusnya fotonya. Serius, biasanya saya liat bunga ini biasa saja, tapi di foto ini kok bagus ya? hehehe
Kelebihan photography kadang begitu Affi, lensa bisa fokus menonjolkan hanya bagian2 yg cantik. Tp tetep lensa mata kita lah yg terbaik 🙂
‘kalau tdk mampu mempercantik,stidaknya jgn merusak’ like this bgt mbak 🙂 salam knal..
Hehe..Sesuatu yah Mb Juwita. Salam kenal kembali
wah udah lama banget ngga liat bunga soka
dulu Mama saya menanam bunga ini di halaman rumah, tapi akhirnya mati, karena setiap bunganya muncul dan mekar, habis saya petik untuk diisap madunya 😛
Bunga ini emang cantik, dengan warna2nya yg ngejreng Miss Titi. Bapak saya jg suka memperbanyak dengam langsung nancepin batangnya ke tanah setelah mencelupkannya ke semacam hormon. Dan hehe..aku jg suka mencabuti kelopaknya satu2 utk dihisap madu yg ada pd ujung2 kelopak yg seperti jarum itu