“Gelang ini biasa dipakai di kalangan Suku Anak Dalam Jambi. Tidak sembarang musim pohon itu menghasilkan biji yang diinginkan. Uniknya, setelah menemukan pohon ini, Suku Anak Dalam akan duduk di depan pohon yang sangat tinggi itu dan mulai menyenandungkan rayuan agar si pohon mau dipanjat dan dipetik biji-bijiannya. Bagi Suku Anak Dalam, gelang ini memiliki khasiat mistik yaitu untuk “membalikan sumpah serapah” manusia lain ke dirinya, penangkal bala dan sial. Konon jika memakai gelang ini, siapa pun yang memaki kita dengan sumpah serapah, sumpah itu akan kembali pada yang memaki. “
Kutipan di atas terdapat dalam isi kantong plastik sebuah gelang biji-bijian, saya beli di muka pintu museum saat berkunjung ke Candi Muara Takus – Jambi tahun lalu. Ujudnya seperti gelang yang terbuat dari biji-bijian biasa, disulam jadi gelang oleh seikat benang dengan warna senada. Mengenai gelang biji-bijian sendiri, walau bahannya tidak sama dari yang saya temui di pameran-pameran kerajinan Indonesia, bentuknya juga sederhana, langsung memikat saya berkat kalimat sakti di atas tadi. Tak pakai tawar-tawar langsung beli.
Lah ngotot amat? Emang percaya pada jimat? Sebentar ya saya selesaikan dulu yang dibawah …
Sebetulnya bersama Gelang Sebelik Sumpah dijual pula Kalung Sebelik Sumpah. Di kemas dalam kantung plastik transparan dengan keterangan yang sama. Namun saya hanya membeli gelang seharga Rp. 50.000 karena kalung itu yakin takan terpakai sesampai di rumah. Alasan lain, sudah banyak koleksi kalung dan sebagian besar belum dipakai. Ya sudah gelang sebelik sumpah ini saja, pikir saya sambil merobek kemasan dan langsung mengenakan.
Terus kenapa saya langsung memakai gelang sebalik sumpah, apakah mempercayai kekuatan jimat anak suku dalam ini? Maaf kan lah saya tidak bisa menjawab ya dan tidak secara paripurna. Saya menghormati semua kepercayaan yang dianut umat manusia. Saya yakin kepercayaan tak lahir begitu saja. Sosialisasi sejak dalam perut, begitu sampai ke dunia diperkuat keluarga dan lingkungan. Itu berlangsung terus menerus sampai kita mati. Nenek moyang saya sudah melewati pahit getirnya kehidupan dengan satu kepercayaan di dada. Kita pun tak perlu bukti berapa banyak orang mati demi kepercayaan yang mereka dianut. Jadi siapa berani main-main dengan kepercayaan orang lain? Saya tidak!
Saya pun bukan tipikal manusia yang berani mengatakan tidak percaya dengan hal gaib. Mungkin takut kualat, mungkin juga takut dikonter oleh Allah dengan diperlihatkan dimensi-dimensi lain dalam semesta selain 3 yang sudah diakrabi. Kalau pun ada yang mengatakan mengenakan gelang itu musrik, bidaa’h, mempersekutukan Allah, yah simpan saja untuk diri sendiri. Kepercayaannya kamu mungkin benar. Tapi kalau itu satu-satunya yang benar, Allah mungkin belum mau memberi hidayah-Nya yang Agung. Ia yang menciptakan bahwa di atas langit selalu ada langit.
Cara Membuat Gelang Sebelik Sumpah
Balik ke gelang si penangkal sumpah serapah dan terbuat dari biji keras ini. Tananaman penghasil biji itu hanya tumbuh di Bukit Dua Belas, hutan hujan di Jambi. Belum bertemu refrensi pohon langka sebelik yang dikeramatkan masyarakat Rimbo Jambi ini. Yang jelas membuat kalung dan gelang membutuhkan waktu berhari-hari. Wajar sih. Sebelum memetik buah yang akan diambil bijinya, Suku Anak Dalam (orang rimba) berdiri di bawah sambil menatap ke atas, membujuk dengan merapalkan mantra mantera-mantera berisi rayuan. Bagi yang mengerti bahasa yang digunakan sangat romantis. Dilantunkan dengan berpantun berisi kata-kata pujian. Setelah kata-kata indah dikeluarkan dan yakin sang pohon menerima baru lah mereka berani memanjat. Setelah itu biji dibersihkan dan dikeringkan sebelum dilubangi untuk kebutuhan benang.
Untuk menjaga diri sehari-hari hampir semua anggota suku anak dalam menggunakan jimat sebalik sumpah tersebut. Namun yang mereka gunakan kalung yang bisa disembunyikan di bawah baju.
Baik-baik sajalah Kepada orang lain
Jadi memang perlu kita berbaik saja dengan siapapun ya teman-teman. Jangan sembarangan menyumpah. Jangan sembarang mengeluarkan kalimat negatif. Sekalipun tidak menggunakan jimat sebelik sumpah, energi buruk yang diberikan kepada orang lain suatu saat akan kembali. Teman-teman sudah tahu bahwa energi tak bisa dimusnahkan hanya berubah bentuknya. Nah sumpah serapah kita kepada orang lain suatu saat bisa saja kembali ke kita atau ke orang-orang tecinta kita. Mungkin bukan saat ini atau orang yang kita sakiti yang akan mengembalikan. Tapi energi negatif itu akan kembali di waktu lain, dari orang lain dan dari tempat lain. Ngeri kan?
25 comments
Jadi ingin punya gelangnya. Daripada perhiasan, aku lebih suka pakai gelang atau kalung etnik. Terima kasih infonya ya, Un. Jadi ingin ke Candi Muaro Jambi
Perhiasan ethnicnpunya nilai-nilai tradisi di dalamnya. Kadang dibuat mengikuti filosofi masyarakat tertentu. Itu mengapa aku juga senang mengoleksinya, Mbak Yunita 🙂
Kira-kira manjur gak gelangnya, Un? hahahaha. kalau aku ke sana, dikasih gelang ini, pasti aku terima sebagai bentuk menghargai pemberian orang lain. Lagipula, yang percaya gelang ini jimat kan kepercayaan si Anak Suku Dalam. Kita bisa menganggapnya sebagai suatu tradisi yang melahirkan suatu karya: ya gelang ini yang dibuat dengan ritual tertentu. unik lho ini.
Tidak tahu, Num. Berharap saja manjur sih. Ini kan sebagai token pengingat kita juga jangan sembarangan mengeluarkan sumpah serapah 🙂
Susah juga yah harus merayu pohon demi mendapatkan biji Sibalik Sumpah?
Menghargai adat yang ada, ejie rasa itu sudah baik, kak. Apapun ceritanya, Ejie juga penyuka gelang. Dulu juga pernah dikasih ayah angkat di Baduy Dalam. Ejie pakai
Menghargai kepercayaan orang lain, budaya yang disandang, dan cara hidup mereka, adalah kewajiban semua orang ya Ejie. Thanks
iya, mb unik. Indonesia sungguh beragam 🙂
Dan begitu banyak. Rasanya seumur hidup juga gak akan selesai ditelusuri 🙂
Tan, kalau seseorang yang memakai gelang sibalik sumpah memaki orang lain yg memakai gelang sibalik sumpah juga, apakah sumpah serapahnya akan berpantulan terus menerus? Ahahahaa, iseng tanya aja.
Mestinya seseorang yang sudah memakai sibalik sumpah tak akan menyumpah, Dar…Tapi kalau khilaf, mungkin sumpahnya saling keniadakan berkat jimat tersebut, alias khasiatnya takan ada lagi… my two cents
Jadi inget pelajaran Fisika jaman sekolah dulu. Energi itu berubah wujud, ngga bisa dihilangkan. Kalo gak salah begitu.
Iya energi tak bisa dimusnahkan, hanya berubah bentuk, Mbak Ratna. Jadi selalu hati-hati dan memenej energi batin kita
Terharu bacanya..
Terima kasih, Mbak Dew
Bahkan untuk memanjat dan mengambil biji pun mereka lakukan dengan kasih sayang, oenuh hormat terhadap alam…
Wah menarik, terima kasih ulasannya
Terima kasih juga sudah mampir, Mbak Levi
Beberapa gelang yang saya dapat waktu di Kalimantan begitu juga. Tapi saya memang bilang dalam hati jangan sampai diperlihatkan hal hal yang saya tidak perlu melihatnya
Iya Mbak Tanti. Saya juga sering berdoa agar tak perlu diperlihatkan hal-hal yang tak perlu dilihat. Yang lain yang bermanfaat yang perlu dilihat masih banyak 🙂
Kalau di Madura ini seperti Akar Bahar. Punya khasiat juga seperti gelang magnet.
Pernah mendengar akar gelang bahar yang seperti gelang magnet bermanfaat bagi kesehatan. Insha Allah menyembuhkan mereka yang mempercayainya ya Mas
Mauu mbak. hehehe
Yuk kita cari gelang ini ke Jambi, Ro 🙂
Wah gelangnya ajaib juga ya. Tapi memang betul Kita harus menghormati kepercayaan orang lain tanpa kehilangan jati diri dengan kepercayaan sendiri. Semoga ditangan Bu Evi yg baik hati jadi bikin barokah yaah
Amin. Setidaknya di tanganku bisa sedikit meng-improve penampilan, Kang 🙂