Tak banyak yang datang ke pasar hari ini. Kelihatannya orang mulai berhemat untuk lebaran. Maka pukul satu siang Emak membereskan telur-telurnya. Memisahkan telur ayam dan bebek, mengambil dua butir, memasukan ke kantong kresek hitam. Di dalam kantong itu sudah ada beras, sayur, minyak goreng dan ikan kering. Kantong kresek itu kemudia dimasukan ke kekeranjang, diikat ke punggung lalu beranjak menuju terminal.
Hari itu Emak tidak pulang. Dia menuju kota Baruga berjarak dua kecamatan dari desanya.
Di dalam angkot Emak melamun. Tangannya beberapa kali meraba bungkusan dalam keranjang. Perasaannya hangat kala bahan lembut dari baju bayi dalam bungkusan itu menyentuh kulit kasarnya. Rasa senang itu menjalar ke pipi yang membuat garis senyum Emak terangkat ke atas. Yah Emak tidak bisa menahan rasa bahagianya kalau membayangkan bahwa sebentar lagi akan punya cucu. Akan seperti siapa anak itu kelak? Lelaki atau perempuan? Ah apapun jenis kelaminnya Emak tidak peduli, dia tetap akan menyayanginya.
Orang desa menganggap Emak tak bermoral karena membiarkan Karni mengandung sekalipun belum bersuami. Beberapa kali mereka menyebut bakal cucunya itu sebagai anak haram. Suami Emak yang tidak tahan mendengar kabar miring tentang Karni memilih meninggalkan rumah. Emak tidak tahu dimana sekarang lelaki itu berada. Kabar terakhir dia menikah lagi dengan bekas istri kedua.
Emak menutup perasaannya rapat-rapat mengenai kabar tentang lelaki itu. Tidak sedih tapi tidak juga bahagia. Namun jauh di dalam hati dia tahu bahwa mencintai Karni adalah tugasnya seumur hidup. Kesalahan Karni takan menghapus cinta itu. Bahkan jika seluruh dunia memusuhi Emak sanggup menebus semua rasa malunya. Baginya menyangi Karni dan calon cucunya jauh lebih penting ketimbang disindir-sindir sebagai ibu dari anak yang hamil di luar nikah. Jadi Kalau ada yang merasa malu karena Karni hamil di luar nikah, Emak mempersilahkannya angkat kaki dari rumah.
Sampai di ujung gang, anak-anak sedang bekejaran mengerjar layang-layang putus. Perhatian mereka fokus keatas jadi tak sadar bertabrakan dengan Emak. Membuat perempuan tua dan keranjang yang digendongnya jadi limbung. Namun seorang anak memegangnya dengan sigap sehingga Emak tidak terjatuh.
” Emak, Mbak Karni di rumah sakit” Katanya. Belum sempat Emak bertanya anak itu sudah lari kembali mengejar layangan.
Jantung emak berhenti. Ada apa dengan Karni? Mengapa anak itu mengatakan Karni di rumah sakit? Seminggu lalu saat ditinggalkan Karni dengan perutnya yang membuncit sehat-sehat saja. Memang terlihat beberapa kali anak itu enggan ditinggalkan. Dia terus memeluk Emak seakan-akan enggan berpisah darinya.
Benar saja, rumah kontrakan Karni kosong. Tidak seperti biasanya kamar itu sekarang rapi. Tidak ada piring dan cucian kotor bergeletakan. Saat menuju kamar mandi pun tidak terlihat Karni pergi tergesa-gesa ke rumah sakit.
Tak lama Emak menemukan secarik amplok diatas meja. “Untuk Emak” Begitu tertulisnya.
“Emak maafkan aku. Saat menemukan surat ini aku sudah jauh darimu. Tapi tolong jangan mencari apa lagi melaporkan ke polisi. Ini terpaksa kulakukan karena tidak tega terus-menerus membebanimu disamping memberi yang terbaik untuk anakku. Ada yang mau mengadobsinya, Mak. Aku akan tinggal bersamanya sampai melahirkan.”
Masih panjang surat Karni. Namun Emak tak melanjutkan. Air matanya menitik. Dia kembali ditingkalkan. “Karni, masih engkau tak percaya bahwa Emakmu sanggup menderita sampai mati untukmu?”
Words count 500
38 comments
mengharukan…
mampir juga dimari mas..
🙂
Cerita inin dalem banget maknanya..
Meskipun banyak kesalahan penulisan (bisa diperbaiki kan?) tapi saya suka cerita ini.. 🙂
Good job!
Iya Mbak Rini, Bahasa Indonesia rada jelek. Emang mesti banyak belajar lagi. Makasih ya 🙂
Sedihhh :”(
Usap air mata 🙂
Cinta emak emang cinta mati 🙁
Gak ada yg berani lawan Ronal 🙂
Kasih emak …… Huufff, kalau aku jadi emaknya…???
Kalau dirimu jadi emaknya si Karni, kira-kira apa yg akan terjadi Mbak Sri? 🙂
karni mengira kalau dia pergi, dia menyelesaikan masalah. mungkin iya, gunjingan tetangga berhenti. tapi cinta emaknya itu seakan tidak dia akui. padahal emaknya rela malu. duuuh bagus ceritanya 🙂
Nah itu dia, kadang2 kita merasa paling tahu yg baik untuk diri kita, tanpa memperdulikan orang yg mencintai kita 🙂
aku suka ini.
perhatikan penggunaan kata depan yah.
Okay. Makasih ya Mel 🙂
aiih… sama2 mengatasnamakan cinta, namun refleksinya berbeda…
Cinta itu universal Mbak Mechta, luas banget jangkauannya..:)
Lagu Cinta Matiku ini memang mengundang kesedihan ya :”(
Kayaknya syairnya lagi bercerita ttg orang putus asa. Dan putus asa itu emang menyedihkan 🙂
Wah, ini keren. Konsepnya unik. 🙂
Tapi ending-nya sedih. 🙁
Mestinya happy ending ya Mbak, biar pembaca gak sedih 🙂
nama panjang Karni itu Karni Ilyas, ya? *eh? 😀
Hahahaha..Mbak Isti bisa ajah..
cerita tentang kasih sayang ibu tak akan pernah gagal mengundang haru….termasuk kisah ini. good job Evi.. 🙂
*oh ya, perhatikan juga penggunaan preposisi/kata depan yah. Salam. 🙂
Baik Riga..Thanks ya 🙂
setuju sama bang riga 🙂
*ambi tisu *sroooottt… *lagi flu
Ikut mendukung persetujuan Mbak Fatwaningrum 🙂
hiks.. sedih mba.. jadi inget ibu di rumah 🙁
Hehehe..Lagi belajar bikin orang sedih Mbak Eda
Waduhh anak Durhakaaa
Iya tuh, gak tahu dia betapa emaknya akan memberi segala yg dia punya untuknya 🙂
kasih ibu yang tak akan pernah habis. Cerita yg manis, tante.. walopun endingnya tetep aja tragis 🙁
Terima kasih Teh Orin. Sinetron Indonesia banget yah 🙂
emakkkk…
cinta emak itu berasa banget. 🙁 sedih
Cinta emak selalu tanpa syarat Mas Ryan..
pernah baca A Child Called It gak mba?
Belum tuh Mas. Bagus ya?
buku kisah nyata. Dave Pelzer.
Kalau dah baca, ingin tanya justru. Kenapa ibunya bisa seperti itu?
Ini yang jadi bahasan saya dengan teman mba, pas baca jawaban komen mba sebelum ini, saya langsung ingat buku ini dan sang ibu.