Sebetulnya sudah lama ingin berkunjung ke Danau Ranau di Lampung. Danau Vulkanik yang di kelilingi Gunung Seminung separuhnya terletak di Kecamatan Lombok dan Sukau di Lampung Barat. Sebelahnya lagi di Ogan Komaring Ulu Sumatera Selatan.
Namun ketiadaan informasi, jaraknya yang jauh dari Bandar Lampung dan kalau melihat dari peta Google medannya banyak melalaui hutan lebat, niat tersebut berkali-kali diurungkan. Sampai suatu ketika bertemu Mas Yopie Pangkey, fotografer, sukarelawan penggiat wisata Lampung yang meliput festival danau ranau November 2011 lalu.
Baca juga :
- Festival Pesona Bau Nyale 2019 Akan Lebih Berbobot
- Piaynemo, Surga Bahari Milik Raja Ampat
- Indahnya Tampilan Kekayaan Budaya Raja Ampat
Sahabat blogger ini membuat niat saya jadi membulat. Apa lagi Mas Yopie meyakinkan bahwa jalan ke Ranau sekarang sangat bagus dan sudah beraspal licin. Paling-paling jarak tempuh dengan kendaraan pribadi berjalan santai sekitar 6 jam. Dia juga memberikan beberapa kontak untuk tempat menginap. Jadi tampaknya tidak ada perlu dikuatirkan.
Rute Menuju Danau Ranau dari Bandar Lampung
Maka berangkat lah kami dari Bandar Lampung sekitar pukul 10 pagi tanggal 29 Desember lalu. Rute berangkat yang kami ambil Gunung Sugih, Banjit, Batu Brak, Sukau.
Pemilihan rute ini atas nasihat Mas Yopie dan beberapa orang Lampung lainnya yang kami tanyai. Bukan apa-apa walau ingin berwisata yang sedikit tak biasa namun memastikan bahwa jalan yang akan di lalui aman tetap jadi kebutuhan utama. Malahan seorang pelanggan kami yang berasal dari Liwa, jalur yang akan kami lewati nanti, meyakinkan dengan mengatakan bahwa dia sering pulang kampung dengan naik sepeda motor dari Bandar Lampung pada malam hari. Waow!
Dan benar kata semua orang bahwa jalan menuju Ranau sekarang sangat mulus. Namun kita takan bisa memacu kendaraan kencang-kencang. Disamping badan jalan hanya pas untuk dua mobil, bentuk jalannya sendiri melekuk-lekuk seperti mie keriting.
Bahkan di beberapa tempat belokannya amat tajam. Belum lagi memperhitungkan jurang di tepi. Walau tersamar oleh semak belukar, cukup mengintip sedikit kebawah untuk mengetahui bahwa itu adalah mulut raksa yang dalam. Akan menenggelamkan apapun yang masuk ke dalamnya. Ada dinding lagi granit dan tanah merah yang perlu diperhatikan. Karena kita sedang menelusuri punggung dari anak-anak Bukit Barisan.
Melintasi jalan lintas Bukit Kemuning-Liwa. Dimulai dari Abung Barat terus meluncur ke Liwa-Mura Dua, sampai Sumber Jaya dan Sukau. Benaran perjalanan ke Danau Ranau memompa adrenalin.
Sepanjang jalan hanya ada hutan dan hutan. Kalaupun sesekali bertemu rumah penduduk cuma satu dan dua. Walau demikian kami membuka kaca mobil. Mendengar suara-suara dan mencium bau-bauan yang datang dari kelebatan pohon-pohon di kiri-kanan jalan.
Beberapa kali terlihat monyet sedang becengkerama dan menyusui anak di ranting. Selebihnya hanya kesunyian dan suara mesin mobil. Sesekali juga berpapasan dengan bus dan kendaraan pengangkut hasil pertanian dari pedalaman sehingga tidak merasa tidak begitu terasing.
Tak Selalu Menembus Hutan
Tapi kita tidak selalu menembus hutan. Karena kita juga akan melewati bermacam kampung dengan sawah-sawah nan cantik serta rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu. Nampaknya orang Lampung Barat bertanam padi serentak. Hamparan hiju berkotak-kotak yang lasung bertemu kaki bukit atau hutan merupakan atraksi alam yang tidak akan pernah kita temui di kota.
Di beberapa tempat di atas pematang tumbuh batang kelapa. Cahaya sore membuat pemandangan itu seperti keluar dari lukisan. Dan itu persis seperti lukisan gunung, sawah dan phon kelapa seperti yang diajarkan saat saya SD dulu. Sementara dari beranda rumah kayu terlihat ibu-ibu dan anak-anak lenggah-lenggah memandang ke jalan. Mungkin selesai masak dan menunggu kedatangan Magrib.
Tiba di Danau Ranau, Permata Biru Lampung
Sekitar pukul lima perjalanannya kami langsung terbayar lunas. Walau pakai acara nyasar sejenak ke Kota Batue, akhirnya kami sampai di Wisma Satria, rumah penduduk yang dijadikan semacam homestay. Jangan pula berharap disini menemukan hotel-hotel mewah macam di Bedugul sebab itu semua tak ada.
Tapi kalau sekedar penginapan memadai ada kok hotel sederhana yang di kelola Dinas Perikanan Lampung Barat dan satu lagi Hotel Seminung. Namun kalau ada yang bertanya soal kontak aku hanya punya Pak Sato pengelola Wisma Satria. Dibawah notes ini ada kontaknya.
Walau akses jalan relatif mudah, mungkin karena jauhnya atau kurangnya fasilitas, tampaknya wisata Danau Ranau belum banyak peminat. Saat tiba di tepi danau satu-satunya pengunjung sore itu adalah keluarga kami.
Begitu pula saat memesan ikan nila bakar di Gayun Lesehan yang juga bisa karaokean dan dibawahnya terdapat tambak ikan. Sejauh mata memandang hanya kerlip lampu dari jukung dan perahu nelayan di tengah danau. Tapi tentang syahdunya jangan di kata lagi. Syahdu habis! Sesaat menunggu ikan bakar keluar, kami berempat hanya tercenung, sibuk memaknai panorama alam itu dengan pikiran masing-masing.
Danau Ranau Dan Cerita Rakyat Si Pahit Lidah
Bila ada yang tahu cerita rakyat Sumetera Selatan, Si Pahit Lidah, danau ini adalah persinggahan pertama Serunting alias Si Pahit Lidah setelah bertapa bertahun-tahun di sebuah gunung dalam rangka mencari kesaktian. Di tepi Danau ini lah Serunting pertama kali menjajal ilmunya untuk merubah pohon bamu jadi batu. Ceritanya bisa di baca disini
Kontak: Wisma Satria, Pak Sato, 081996951119
Salam,
— Evi
62 comments
ya allh sungguh indah cptaan engkau..
pgen ksna..
Iya cantik banget Pak Gunawan..Saya juga pengen balik lagi ke Ranau 🙂
oya,,,dulu aku pernah ke sana (banding agung).th 1989 udal lama banget,,,,he,,he,,,
Oh pernah ke Ranau ya Mas..Sepertinya gak banyak berubah di sana..Masih minim fasilitas 🙂
mba.. kami baru saja mendiskusikan danau ranau untuk kegiatan kantor.. hanya sayang sekali infonya sangat sedikit, jadi kemungkinan tahun ini dialihkan ke tempat lain dulu ..padahal luar biasa cantik yah? ..
Asal tahan perjalanannya menuju sana, ranau emang pas banget utk outing kantor, mama Hilsya. Ada hotel seminung dan satu lagi yg dikelola dinas perikanan disana. Selain danau, emang gak ada lg attraksi lain sih disana
Oh alangkah indahnya pemandangan alam Indonesia, sayang saya belum pernah menginjak tanah Sumatra meski ke Lampung yang paling dekat. Suatu saat pasti saya akan datang melihatmu Danau Ranau. Reportase dan foto-fotonya bagus pisan euy!
Amin. Insya Allah suatu saat sampai di Ranau ya Pak. Ikut mendoakan 🙂
bagus banget! indahnya negeriku INDONESIA!
*bangga
waaah ternyata buk evi udah duluan ngeliput tentang danau ranau yaa.. hehe, dhe baru kesini buk, jadi baru tahu kalo udah ada cerita tentang danau ranau disini.. 😀
Ho’oh Dhe, biar tambah banyak sumber cerita danau ranau di internet, biar makin banyak ditemukan orang dan akhirnya makin banyak orang yg akan berkunjung ke sana 🙂
Ane suka gambarnya Ibu… .
Terima kasih Pak Johar..Viewnya emang keren untuk foto hunting..:)
Waduh, jd rindu danau ranau nih….
klo kluarga kami biasanya jalan via Muaradua, yg plg ngangenin ya jalan2 dipinggiran dermaga danau kota batu, pesiar pake perahu nelayan sambil duduk diatap kapal, mandi di pemandian air panas, mancing ikan, ngebakar ikan mujair ama ikan mas berukuran besar…
btw knapa ga nginep di Wisma/Hotel Pusri aja???
rate-nya ga’ terlelu mahal kok…
cm siap2 aja terisolasi dr dunia luar coz ga’ ada signal seluler
Nah, aku ngeliat ranaunya dari Lampung Mas…Ikan Mujair dan emasnya juga ada disini. Cuman fasilitas penginapan kayaknya gak selengkap di Sumsel..:)
Cantik sekali foto-fotonya ^^
Aku baru tahu danau ini.
Btw blognya nggak cuma satu ya mbak? 😕
Danaunya emang luar biasa Una. And yes, aku punya dua blog. Soalnya blog dng domain sendiri suka betingkah 🙂
Subhanalah..cantik sekali Danau Ranau Mbak.. Tetangga sebelahku orang Lampung kok belum cerita cita tentang ini ya….Pengen deh seharian menatap pemandangan cantik ini…Makasih Mbak Evi atas suguhan indahnya,, jadi tau wisata selain yang sudah terkenal….:)
Danau ini emang gak begitu populer sebagai tujuan wisata Jeng Sherry. Mungkin karena itu fasilitas penunjang juga tak segera di bangun oleh pemerintah maupun pengusaha. Tapi aku berharap danau ini kelestariannya tetap terjaga seperti ini kalaupun suatu saat berubah jadi tempat wisata yg banyak diminati 🙂
WOW …. fotonya cantiiiikkkkkkk sekali mbak 🙂 …. aku kalau lihat pemandangan alam yg cantik itu suka ber wow .. wow … apalagi yg membiru kayak foto foto di atas , membayangkan andai aku berada di sana langsung pasti ber wow .. wow .. dan bisa juga terharu krn diberi kesempatan menyaksikan langsung 🙂
Betul Mbak Ely, memandangi keindahan ciptaan Tuhan seperti ini bikin jiwa bergetar. Kita jadi merasa kecil 🙂
aduuh…cantiknya foto2 itu…sangat mengundang untuk datang kesana, ya mbak Evi…
Ranau itu emang indah sekali Mbak..Sayang aja tempatnya terlalu ke ujung dan jauh dari kota Bandar Lampung. Kalau saja lebih dekat saya yakin orang akan berbondong2 datang ke sana 🙂
Ditempat saya ada pantai yang indah juga mba, Namanya SENGGIGI. 🙂
Setuju Mas Irfan. Namun Senggigi lebih beruntung dari Lampung. Senggigi sdh terkenal sedunia sementara Ranau baru dikenal baru oleh sekelompok kecil rakyat kita 🙂
subhanallah…indahnya alam negeri ini. inilah salah satu hal yang patut kita syukuri dan karenanya aku bisa dengan bangga mengatakan kepada dunia “AKU PUTRA INDONESIA”
Iya gak salah kalau Indonesia disebut sebagai Permata Khatulistiwa…Alamnya cantik, hijau dan biru berpadu jadi satu 🙂
Wow..Danau Ranaunya keren bun. perjalanan sulit mencapainya terbayar ya :-). Oh ya, blognya saya link ya 🙂
Betul keren, namun masih sepi yg datang. Terima kasih ya atas link-nya Bunda Dita. Blogku ini belum punya link sahabat. Nanti akan aku buat juga 🙂
subhanallah,,begitu cantiknya alam indonesia ini yah..
semoga terjaga kelestariannya
Amin. Saya berharap juga begitu. Semoga pariwisata tidak merusaknya 🙂
Ternyata Lampung menyimpan potensi pariwisata yang hebat ya Uni..
Terima kasih sudah menceritakannya di sini..
Semoga keindahan alam tersebut tidak dirusak oleh perilaku serakah manusia-manusia di negara ini… 🙂
Potensi keindahan pantai, hutan, gunung dan sawah2nya luar bisa Uda. Amin. Saya juga berharap bahwa Lampung dikembangkan tapi bukan oleh hanya segelintir manusia serakah 🙂
tidak rugi memang punya sahabat seperti mbak Evi..saya bisa menikmati keindahan alam, pesan yang luar biasa kalau pegunungan dan danau saya masih suka..tapi jangan laut yach… 🙁
Terima kasih Bli Budi. Emang kenapa dengan laut, punya trauma ya?
Barusan Desember kemarin pulang ke lampung, tapi karena padat acara nggak sempat kemana-mana. salam
Terima kasih. Salam kembali 🙂
dulu sering lewat Liwa, tapi tak jadi2 mampir ke danau Ranau, tak ada teman
foto2nya cantik ni…
Padahal dari Liwa sudah dekat lho Mbak Monda. Semoga lain kali ada teman menuju kesana, sayang kalau gak disamperin 🙂
Melihat fotonya saja saya sudah terpesona, subhanallah…
Alam memang selalu nyaman untuk dinikmati, karena hidup kita tergantung padanya.
Betul Mb suka, interaksi kita dengan mereka sekarang akan menentukan masa depan anak cucu kita kelak 🙂
Danau Ranau ini masuk sum sel ya mbak? tapi perbatasan dengan Lampung gtu ya 🙂
Iya Dek, masuk dua perbatasan administrasi politis, Propinsi Lampung dan Sumatera Selatan 🙂
Foto-fotonya asliii keren banget, mbak…Bener deh! 🙂
Saya belum pernah jadi ke danau ini, mbak, habisnya suami yang sudah pernah ke sana ngasih laporan kalo di sana tuh sepiiiiii banget dan belum ada sarana rekreasi, jadi agak bingung juga mau ngapain ke sana selain menikmati keindahan alamnya. Pengennya sih ke sana sekalian misalnya ada urusan kerjaan jadi gak sayang jauh2 ke sana (dari Palembang sekitar 7 jam) trus cuma buat semalam aja 😀
Betul Jeng Lissa, yang disebelah Lampung sepi. Aku kira tadinya yg di sebelah Palembang lebih ramai:) Iya benar perjalanan kesana panjang sekali. Niat kesananya memang cuma melihat danau..Paling2 berperahu ke tengah danau dan hunting foto, terus menikmati ikan danau. Semoga semakin banyak orang datang sehingga fasilitaspun akan ditingkankan pembangunannya 🙂
Informasinya saya catat bu, semoga tahun depan saya kesana, sudah lama memang berkeinginan untuk ke Sumatera.
Iya, Sumatera mesti di jelajah tuh Mas Harjo…Banyak nian tempat2 tersembunyi yg menawarkan keindahan 🙂
Bagus-bagus ya daerah diluar jawa, aku jadi kepengen hunting-hunting foto ditempat-tempat wisata seperti danau ranau itu. bagus banget kelihatannya… 🙂
Mumpung masih muda, ayo jelajahi tanah air kita Mas Slamet 🙂
kesempatanku untuk jalan-jalan sangat terbatas sehingga sangat banyak daerah wisata yang belum kukenal
Semoga suatu saat berkesempatan berkunjung ke tempat-tempat yg diinginkan Mas Narno 🙂
Uni, bagusnya gambarnya…
Bisa dijadikan begron monitor destop nih…
Hehehe..Thank you Mas Falz…Berkat arahan dari anakku sendiri ini 🙂
Bangga dan senang tinggal di Lampung Barat 🙂
Oh tepatnya dimana Imagive, aku juga sempat muter-muter di Liwa. Kotanya cantik, dingin, kalah deh Bandung 🙂
Uni Eviiii, kukira wartawati lepas dari majalah pariwisata, paket ulasan dan visualisasi fotonya amboiii. Senandung: Indah tanah airku ….., Indonesia Raya pujaan hatiku ……… dengan pemandangan alamnya.
Hehehe..Mudah2an suatu hari aku di lamar sama majalah itu Mb Prih. Tapi yg cantik bukan fotonya, emang viewnya yang menunjang..Dan mari kita selalu bersenandung bahwa tanah air kita emang cantik, hanya kurang garap dan tak dijual 🙂
Subhanallah, indah dan tenangnya di sana Mbak Vi…
Kalau malam cuma terdengar suara angin, pagi-pagi ada cicit burung dan udaranya sejuk Mb Hiji..:)
aku belum pernah kedaerah sana bun, bagus juga ya kalau lihat dari foto-fotonya
Bagus Mbak Lyd, walau harus bersusah payah kesana 🙂
Bagus banget Mbak Lyd..Walau perlu bersusah payah mencapai sana 🙂