Kalaulah bunga-bunga bisa ngomong dan mengidap narsisme akut seperti diriku, mereka pasti akan melonjak kegirangan tiap kali melihatku mendekat dengan camera. Pasti ngomong begini : ” Ibu..Ibu… foto kita dunk..Mohon lihat bentuk kami dari posisi terbaik ya..” Dan aku akan menjawab, ” Beres. Kalau tak cantik kalian tak disebut bunga, tapi coba perlihatkan padaku posisi paling cantik itu seperti apa..”
Beberapa waktu lalu berpapasan dengan bunga berbentuk sikat kamar mandi ini. Di halaman perajin petani aren di Jawa Barat. Awalnya pengen motret seekor ayam jago yg berlindung di bawah pohon. Tapi sulur-sulur merah berujung bulat putih seperti sisir rambut dari The Body S.h.p menggoda. Menjuntai dari belakang batang pisang, dari pohon setinggi tubuhku sendiri. Tambah dekat bentuk kumpulan jarum dari kuntum tampak seperti muncratan kembang api malam tahun baru.
Setelah puas memotret dari beberapa sudut, bertanya awak kepada si empunya halaman, itu bunga apa? Jawabnya Bunga Kampung. Hanya karena melati yang tumbuh tak jauh dari situ disebut juga Bunga Kampung, mau tak mau terpaksa konsultasi pada Mbak Google.
Weh ternyata bermodalkan gambar doang tak mudah cari informasi di Google. Tapi setelah beberapa kali mentok pada website berbahasa Jepang, ketemu juga yang dicari, Calliandra. Dan busyet Calliandra ternyata banyak macamnya. Calliandra Calothyrsus, Carbonia, Tergemina,dan seperti yang kupotret Emarginata.
Pengkonsumsi madu pasti tahu bahwa ada satu jenis yang berasal dari bunga kaliandra. Tidak tahu apakah madu tersebut disedot lebah dari bunga ini. Satu yang pasti kita selalu bisa menarik analogi dari isi alam semesta. Calliandra mungkin tidak seterkenal mawar, tapi siapa yang bisa menyangkal bahwa konstruksi yang membentuk kelopaknya kurang indah dari bunga lambang cinta tersebut?
Mawar terkenal sebagai bunga yang indah. Calliandra tidak begitu. Tapi apakah dengan begitu Calliandra kehilangan pesonanya? Ya tidak lah. Calliandra akan tumbuh dan mati dalam keindahannya sendiri. Dari sini kita belajar bahwa siapapun yang saat ini merasa sudah cukup berbuat baik tapi lingkungan terus carut-marut, tetap lah jadi orang baik. Kebaikan eksis karena keburukan!
Kalimat penutupnya kurang tajam. Tak kopas komentar dari sahabat blogger Ibu Made Sri Andani atas seijin beliau untuk memperjelas maksud dari kalimat diatas :):
Tapi bener banget tuh endingnya. Inspiratif!
Just because semua orang membicarakan keindahan si bunga mawar, bukan berarti si Caliandra itu kalah cantik ya Mbak. Itu kan hanya masalah kuat-kuatan ‘publikasi’ semata.. Yang indah ya tetap indah, mau dipublikasikan orang atau tidak.
Demikian juga sebaliknya dengan kita di masyarakat…. ‘Just because banyak orang membenarkan hal-hal yang sebenarnya salah (i.e menyuap aparat di jalan saat melanggar lalu lintas itu dianggap biasa dan bener,karena menganggap toh banyak orang melakukannya), itu bukan berarrti bahwa kesalahan itu lalu berubah menjadi benar. Yang salah ya tetap salah. Yang benar ya tetap benar. ” ha ha.. Suka!. Suka!.Suka!.
Salam,
— Evi
67 comments
Bunganya cantik banget, mbak, yang motret juga pinter jadi tambah cantik deh bunganya 🙂
Aku udah beberapa kali liat bunga ini, tapi baru sekali ini tau kalo namanya Calliandra 😀
Sama dunk..Kita kan hanya tahu kalau setiap bunga cantik, namun tidak semua kita tahu namanya Jeng Lissa 🙂
Kayanya saya musti postingan bunga juga nih … 🙂
Soalnya banyak hasil jepretan tp jarang yang di posting … masalahnya …
Nggak tahu namanya 🙁
Ayo mas Posting bunga. Kalau gak tahu namanya, kali2 saja ada teman lain yang tahu 🙂
Pertama tos dulu dech untuk tema yang sama 😆
Kedua…banyak bunga bertebaran memberikan kita kesejukan mbak ych…
ketiga..saya kopas ah…biar ada dibaca-baca, terima kasih mbak
Pertama toss diterima, Bli
Kedua alam tropis sumber terbanyak untuk melihat bunga2 berwarna ngejreng.
Tiga silahkan 🙂
Mmm… seingat saya, saya belum pernah melihat bunga seperti ini. Padahal saya tinggal di desa lho, di sentra (kebun) salak, hehe….
Karena belum memperhatikan saja kali Ditter..Secara bunga ini banyak tumbuh dekat pagar-pagar 🙂
bunga merahnya cantiiiik 🙂
Setuju Mbak Kris, keramah-tamahan alam untuk kita nikmati 🙂
WOW … bunganya cantik sekali ya mbak …. jadi ingat hewan apa itu mbak yg di dalam laut kayak bunga ini, baru lihat aku mbak bunga seperti ini .. yg pasti yg motret pinter sekali 🙂
Kalau gak salah tebak maksud Mb El, bulu babi kali ya?. Yang bikin kita gatal dan bengkak kalau terkena kulit? Ih itu serem sekali 🙂
Woww.. persis kembang api ya Mbak.. sayang namanya tak setenar Mawar, padahal lebih cantik bunga ini..
Setelah melihat hasil fotonya di camera, itu lah yg terbayang dikepalaku Mbak Yuni..Kembang api malam tahun baru 🙂
nama bunga dan bunganya cantik, ya…
Memang sesuai..Kombinasa api dari ke-2nya 🙂
Sering banget liat bungan ini di rumah bibi … Dan, gak pernah tahu dan gak ingin tahy, apa nama bunganya hehehe. Dan, sekarang baru tahu. Ternyata ini bunga Calliandra 😀
Nice info, Mbak Evy 🙂
Senang bisa berbagi informasi elfarizi. Terima kasih kembali 🙂
itu bunga yang suak dihisap2 ya bun? bun maaf baru bisa mampir lagi
Seperti Soka, kayaknya kaliandra emang bannyak mengandung nectar pd ujung2 kelopaknya deh Mb Llid. Buktinnya ada madu dari bunga kaliandra ::)
bunga kampung yang tidak kampungan…cantik bunda…
yang dari kampung itu masih alami, cantik alami…
Cantik originall yah Tin 🙂
hasil jepretannya uni, wow banget..!
Mokasi Bundo LJ, angek ati awak 🙂
Aku justru bertanya2 cara uni nyari namanya di mbah google gimana ya? pake keyword “nama bunga yang mirip sisir bulat” ya ni? #ngungbingung :p
Tom, google punya fasilittas mencari gambar mengggunakann kata kuci gambar jg. Pencet button yg ada gmbr cameranya trus seret foto dr komputer kita kesana. Nah si mbah akan mencarikan gambar2 yg secara visual mirip ::)
wah….baru tau, makasi pencerahaannya Uni Evi. 😀
Sama-sama Tomy 🙂
Bunganya bagus. Namanya juga… ^^
Jepretan mbak mantapp 😀
Namanya juga bunga. Orang pasti mengasosiakan yg cantik2 terhadapnya. Bunga bangkai saja tuh yg kasihan ya Una 🙂
Bunganya secantik namanya Calliandra, jadiin nama anakku nanti bagus juga kayaknya 😀
Calliandra nama yg cantik untuk anak perepuan. Nanti panggilannya apa? Calli, jangan deh, nanti diledekin sama2 temannya. Apa lagi Ponti banyak sungai, anak2 akan mudah menghubungkannya. Kelly it’s ok, tapi kurang indonesia heheeh..
Dipanggil Andra…eh, jadi nama anak cowok dong?? 😆
Mungkin aku terfokus pada jepretan cameranya, Bu Eva. Terus terang saya belum mampu mengambil gambar sebagus itu. Mungkin bisa berbagi cara mengambil gambarnya? hehehe…
Gambarnya biasa ajja kok mas. Tp karena aku menyukai warna2 cerah, warnanya aku perkuat dng photoshop 🙂
melanjutkan merahnya lampion ya. Dengan kepiawaian dan denyut keindahan yang Uni miliki, obyek apapun tampil indah. ijin download ya, Salam
Silahkan Mbak Prih. Terima kasih karena selalu memberiku pujian yang menjalar ke dalam jiwa. Tambah semangat memperbaiki diri 🙂
sekali lagi uni, saya suka foto-foto bunga,
saya menganggap bunga sebagai sumber inspirasi, 🙂
Terima kasih Jo. Ikut masuk gerbong bersamamu bahwa bunga adalah sarana inspirasi..Membangkitkan yang cantik2 dalam diri kita 🙂
Dari baca judulnya, saya pikir itu nama orang… Tau-taunya itu nama bunga. Cantik memang bunga ini. Merahnya itu lho….. menawan.
Mestinya itu nama orang. Tapi karena terdengarnya feminim jadi nama bunga deh Bli…:)
Bagus banget bunganya. Melihat warna full merah begini, jadi teringat akan lampion-lampion perayaan Imlek. Entah kenapa …
Tapi bener banget tuh endingnya. Inspiratif!
Just because semua orang membicarakan keindahan si bunga mawar, bukan berarti si Caliandra itu kalah cantik ya Mbak. Itu kan hanya masalah kuat-kuatan ‘publikasi’ semata.. Yang indah ya tetap indah, mau dipublikasikan orang atau tidak.
Demikian juga sebaliknya dengan kita di masyarakat…. ‘Just because banyak orang membenarkan hal-hal yang sebenarnya salah (i.e menyuap aparat di jalan saat melanggar lalu lintas itu dianggap biasa dan bener,karena menganggap toh banyak orang melakukannya), itu bukan berarrti bahwa kesalahan itu lalu berubah menjadi benar. Yang salah ya tetap salah. Yang benar ya tetap benar. ” ha ha.. Suka!. Suka!.Suka!.
Wah, wah, wah…. sesama pecinta bunga berbagi cerita…. 😀
Seperti baut ketemu mur Bli hahahaha…
itu mah kerjaan trendsetter yang marketer Uni Evi, yang memang kepiawaian Jeng Ade, hayo Jeng di publikasikan eh dikampanyekan
Absolutely right Mbak Prih. Aku menulis ttg pohon yg dikaitkan pembelajaran hidup karena belajar dari doi hehehe..
Oh kemarin kok gak keingatan menulis begini ya. Suka suka hehehehe…Cantik nian tambahannya Mbak Dani, selalu begitu darimu. Pertemanan blogger kita jadi sesuatu banget deh rasanya.Terima kasih Mbak, boleh ya aku kutip untuk ditambahkan diatas. Tks lagi untuk kebolehannya hahaha…
Ngomong2 kemarin, setelah lelah mencari itu bunga apa namanya di Google keingatan kontak dokter Pu’un saja. Tapi mengingat kesibukanmu yg double2 begitu aku batalkan 🙂
ha ha ha..ternyata jadi rame juga di sini, gara-gara si cantik Caliandra he he.
Tapi aku memang selalu berpikir, bahwa alam disediakan di sekeliling kita salah satunya adalah untuk mengajari kita ilmu kehidupan yang tak terbatas.
Aku juga thanks banget atas persahabatan kita ini dan sahabat-sahabat blogger lainnya. Saling mensupport, saling memberi inspirasi.
Boleh aja Mbak. Aku senang & berterimakasih banget. Walaupun tahu banyak nama bunga karena memang senang bunga, tapi bukan berarti aku tahu semuanya.Banyak juga yang aku belum tahun namanya he he..
Barusan aku mencuri baca buku anakku, ternyata lensa pembesar lahir dari setetes embun yg bersirobok dengan seorang jenius lho mbak. Iya budaya kita tumbuh seperti sekarang karena kita belajar dari alam. Penemuan2 besar banyak berasal dari peristiwa alam. Pernah memperhatikan peribahasa dari nenek moyang kita gak? Semuanya metofora dari alam 🙂
Tks gara-gara kenal denganmu, sekarang aku tak hanya sekedar jadi penggum bunga, tapi sudah mulai mengapresiasi. Walau gak tahu kapan bisa jadi penanam, setidaknya dalam foto2 bungaku sekarang ada cerita 🙂
Di rumah lama ortu dulu ada Uni, alm papa suka banget. Dulu malah kukira ini trembesi, bunganya hampir mirip
Sepertinya ini banyak numbuh di pagar2 ya Mbak Mon. Kalau trembesi yang aku ingat selalu berupa pohon besar. Sepertinya masalah kita hampir sama bahwa dikelilingi aneka macam tumbuhan, nampun gak tahu namanya hehehe
Wah , dulu saya sering sekali memainkan bunga yang satu ini ,
sekarang entah dimana , bunga tercantik yang pernah saya temui
Pasti masih ada di suatu tempat Mbak Astrid. Tak melihat bukan berarti mereka tak eksis kan 🙂
mbak evi …terima kasih merupakan kehormatan nih bagi saya sudah duluan mengunjungi blog saya…mudah2an selanjutnya saya akan sering2 jalan ke sini. Atau ke blog mbak evi yg lainnya….*padahal belum tahu blog lainnya…:-)*
Terima kasih juga telah menyempatkan mampir Mas Necky..Mari kita berteman dalam jejaring blog. Insya Allah saya juga akan sering berkunjung ke tempatmu 🙂
Nggak takut Mba, kalau bunga bisa ngomong? hehe… 😛
Awal-awal mungkin akan takut. Lama-lama pasti menyenangkan kalau saja aku mengerti bahasa mereka. Begitu Mas Ipras 🙂
kalau bunga bisa ngomong, mungkin dia bilang saya mempunyai keindaahan yang tak dimiliki manusia… 😀
Dan bunga dan manusia boleh berargumen bahwa manusia juga punya keindahan yg tak dimiliki bunga 🙂
Kok nama “Caliandra” familiar sekali ya di kuping. Mikir-mikir …..ternyata ada nama suatu daerah saya lupa,apa di Bengkulu atau Sumatera Selatan namanya KALIANDA.
Btw bunga2nya berwarna merah cerah …… 🙂
kalianda yg paling terkenal ditelingaku di Lampung, Pak Ded. Sesaat turun di Bakauheni, lintas sumatera pertama yg kita jejaki nama daerahnya Kalianda 🙂
Benar, saya ngasi anak2 madu dari bunga calliandra, warnanya cenderung cerah kekuningan karena sifatnya yg aman dan tdk sekeras madu randu atau yg lainnya yg lebih pekat kecokelatan.
Celakanya, saya sering lihat bunga ini, tapi nggak tau namanya… Kenalan dulu dong bunga, biar ikutan narsis. Hehe…
Orang tua memang lebih banyak memberikan madu bunga kaliandra kepada anak-anak, karena marketing dari madu ini juga disetting serupa. Tapi aku percaya, semua madu bagus untuk anak-anak asal diencerkan dan tak berlebih 🙂
Sama dunk kita Mbak Lia, banyak gak tahunya soal nama-nama bunga 🙂
Kalo takarannya pas, pasti menyehatkan ya Mbak Vi… 🙂
Menurutku sih begitu Mbak Lia. Dulu kerjaku emang begitu, memberikan madu apa saja pada anak2, dengan harapan gizi yg akan masuk ketubuh mereka lebih bervariasi hehehe…
kalau ditanya suka narsis mana antara bunga bunga dan capung, jawabnya pasti … hehehe
Dua2nya emang pantas di narsiskan Mas Jar 🙂