Tadinya tak ada rencana main ke Kebun Raya Bogor. Maklum sedang musim hujan. Apa lah menariknya saat jalan-jalan di bawah pokok pohon tinggi tiba-tiba air mengucur deras. Apa lagi Bogor sebagai kota hujan tak menjanjikan panas di musim seperti itu.
Namun berita dari Kompas sangat menggoda. Mereka mengabarkan bahwa Bunga Bangkai Kebun Raya Bogor sedang mekar. Selama ini hanya mendengar dan membaca namanya. Bentuknya pun baru tahu dari foto dan TV. Sudah begini dekat, rasanya rugi banget kalau tak ikutan menonton. Maka kemarin (2-11-2011) kami angkut anak-anak kesana untuk menyaksikan dari dekat.
Lagi pula untuk melihat langsung sekarang penting banget untuk saya. Jangan sampai usia menutup saya belum sekalipun melihat dan membauinya dari dekat. Masa iya bunga terkenal di dunia dan sudah jadi buah bibir sejak saya duduk di bangku SD, sampai mati tak bersua dengan saya?
- Baca juga tentang Melintasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Serpong pun sedang hujan. Sejak pagi dan hampir tak ada jedanya. Yakin bahwa situasi di Bogor juga sama. Tapi itu tak menghentikan kami (saya terutama). Kapan lagi? Pergi ke Bengkulu atau ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, rasanya kok jauh banget. Lagi pula bunga ini tak lama mekarnya. Nah mumpung kami berempat sama-sama punya waktu luang, dengan semangat empat lima sekitar pukul satu kami berangkat dari rumah.
Hari Jumat ini tidak termasuk akhir pekan dan hari libur. Adalah kebijakan dari pihak Kebun Raya Bogor bahwa pengunjung boleh membawa mobil masuk. Ini sesuatu banget. Dengan begitu kami bisa menelusuri jalan-jalan kebun botani yang teduh dan basah tanpa harus ikutan kuyub. Indah melihat dahan-dahan rindang merunduk dan kuyup di kiri-kanan jalan. Mata puas menikmati tiap pojok, membuka jendela dan menghirup aroma sekitar dari pojok sampai pojok lagi. Dengan jalan kaki paling cuma melewati Taman Astrid dan Jembatan Merah yang melintasi sungai Ciliwung itu.
Pesona Bunga Bangkai Kebun Raya Bogor
Bunga bangkai ini bernama Amorphophallus Titanum Becc, jadi emang bukan Rafflesia Arnoldi yang kelopaknya mirip bunga mawar itu.
Yang mengherankan kemarin saya tidak menciumbau bangkai seperti nama yang dilekatkan padanya. Tidak ada pula lalat-lalat yang menggerubungi seperti yang diceritakan buku bila bunga ini sedang mekar.
Tak ada petugas yang bisa dimintai keterangan. Saya berasumsi bahwa kami telat sedikit. Kelopak bunga bangkai yang terhampar di muka itu seperti saya, sudah melewati masa puncak kemekarannya. Itu lah mengapa tak terlihat dan tercium ciri-ciri dari bunga bangkai.
Dalam berita surat kabar kemunculan bunga ini sejak 29 November. Sedang saya datang tanggal 2 Desember. Sementara masa mekar bunga bangkai cuma 2 hari. Mungkin kalau datang tanggal 1 bau bangkai tetap tercium.
Melihat dari luar pagar kelopak bunga bangkai di Kebun Raya Bogor ini yang ditengahnya mencuat phallus. Sungguh merasa tak menyesal telah datang ke tempat ini. Untung tadi tidak mendengarkan kata orang. Bahwa tempat tumbuh bunga berbonggol itu di lereng, habis hujan begitu tentu saja licin.
Ketika hendak naik tadi ada bapak-bapak yang memperingatkan tentang situasinya. Lebih baik kami melihat dari bawah saja.
Tapi sudah sampai. Masa tumbuh bunga bangkai kebun raya bogor ini 3-4 tahun. Kalau bukan sekarang kapan? Dengan membaca bismillah saya naik. Emang licin, emang tergelincir beberapa kali, tapi seperti kata orang jawa, untung tidak kenapa-kenapa. Dan alhamdulillah tergelincirnya gak pakai acara jatuh seperti seorang lelaki muda turunan arab yang jalan di depan saya. Lumayan pengalaman sebagai anak kampung terpakai di sini.
30 comments
Bunga bangkai sering dengar nama itu. Akan tetapi untuk melihatnya dari dekat belum pernah. Bunganya cantik akan tetapi namanya serem.
Seseram aromanya juga Mbak Arum. Nenek moyang kita dulu menamai pohon kan kalau bukan berdasarkan visual kan berdasarkan aroma juga.. Sepertinya bangkai lebih menyergap perhatian ketimbang yang lain. Tapi dalam bahasa latin aku pikir namanya lebih romantic, melibatkan amor dan lingga hehehe…
Dengan melihat langsung tambah cinta ya dengan bunga kebanggan bangsa, selamat berburu obyek lain dan dibagi ya Uni.
Hehehe..Sambil kerja, terus menyalurkan hobbi ngelirik alam, atau motret dan menulis ternyata sangat menyenangkan Mbak Prih
Mungkin karena abis ujan, Bu Evi, makanya baunya ngga terasa. *sok tau deh gw*
Gak sok tahu kok Mas Nando. Kemungkinan itu emang ada, air hujan menghanyutkan bebauan pergi hehehe..
Kalau minggu depan, masih ada gk ya? Soalnya saya terlewat, biasanya koran-koran memberitakan masalah ini, tetapi kali ini sepertinya nggak …. atau sayanya mungkin kelewat.
Kalau minggu depan akarnya jg sdh gak ada deh Mas Harjo. Masa mekarnya singkat cuma seminggu. Wah di koran di tuliskok, aku tahunya dr Kompas
wow … bunganya cantik sekali ya mbak, belum pernah saya melihat langsung bunga ini, mbak Evi termasuk yang beruntung 🙂
Alhamdulillah Mb Ely, ada yg bakal diceritakan ttg bunga bangkai pd cucu nanti hehe
tinggi banget rupanya, bisa mencapai berapa meter?
Lumayan tinggi Mas Narno, yg ini 2.2 meter
wah, pasti seneng banget ya mbak, bisa menyaksikan secara langsung. 🙂 Saya aja yang cuma lihat dari postingan itu sudah seneng juga, bagus banget bungannya, tapi sayangnya jauh ya.. jadi saya belum ada kesempatan buat liat langsung.
Ya mbak, tinggi, aneh dan eksotis. Kita beruntung punya taman sprt kebun raya 🙂
wah2 bener unik tuh mbak bunganya..
Unik dan langka Soca 🙂
cuma bisa niat aja pengen lihat langsung
untungnya uni bisa dapat foto sedekat ini tanpa ada orang lain di sekitarnya
Besok2 kalo keluar lg mesti cepatan dieksekusi niatnya Mb Monda, paling enak datangnya hari biasa, gak desak2an
pengalaman uni naik turun bukit di Buktitinggi terpakai juga,
🙂
Haha..naik turun sawah bertebing tepatnya Jo
hoa…saya belum pernah melihat langsung bunga itu. Sekarang sudah layu ya Mbak?
Mbak Dani, katanya sih februari 2012 akan ada yg mekar lagi.Nanti pantengin Kompass karena Kebun Raya pasti woro2 disana. Kalau yg ini sekarang pasti sdh busuk sprt cerita mas pelancong nekat dibawah
waktu datang kesana, saya telat liatnya..udah mau membusuk
tapi saya liat yang di dekat museum zoologi..tapi bunganya kurus banget..
bagaimanapun, saya takjub juga bisa liat bunga sebesar itu..
hehehe
Oh disamping museum ada jg ya Mas, sayang terlewatkan olehku. Padahal keluarnya lewat pintu samping museum itu. Yah walau lebih kecil mayanlah utk mengganti yg busuk itu 🙂
Aku belum pernah liat secara langsung padahal udah beberapa kali ke Bogor, maklum ngga sempet jalan2 karena selalu dalam rangka kerja kuli bangunan.. 😀
**ngomong2 jadi kembaran themesnya 😀
Kalau tinggal jauh dari Bogor emang rada susah sih Pak Vyan, secara bunga bangkai sisah di prediksi kapan manculnya. Biar themes kita tambah kembar ayo ganti headernya dengan foto bunga serupa hehe..
Beberapa kali berencana lihat bunga ini langsung di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) selalu gagal.
Perizinannya ribet, apalagi kalau bawa kamera DSLR dengan alasan kawatir fotonya dipakai untuk kepentingan berita atau komersial.
Sepertinya ke Kebun Raya Bogor jadi pilihan alternatif 😀
Hehehe..Camera DSLR emang ditakuti dimana-mana. Saya pernah melihat seorang photographer beradu argumen keras dengan penjaga pintu di danau kawah dieng. Waktu itu saya gak ngerti, lah kok itu petugas iseng banget ngelarang1 orang bawa camera, kan bagus itu danau kalau difoto terus di sebar hasilnya ke banyak orang, akan lebih banyak yg kenal. Hm..rupanya takut gak kebagian..:)
Yang dibogor kayaknya gak ada yg larang-larang deh Mas Yopie. Apa karena kurang spektakuler, tingginya cuma 2 meter lebih, sementara yg di TNBBS katanya tinggi sekali?
Senangnya bisa liat langsung.. 😀
Begitulah Ayradhila, menatapnya langsung menambah pengalaman. Melihat teksurnya yg berlekuk-lekuk ingat pada pleatsnya rok sutera 🙂