Begitu Ramadhan datang, lebaran pasti segera tiba. Sewaktu ibu masih hidup, walau kesehatannya tidak lagi sempurna, saat-saat seperti ini ia pasti sudah tiba di Jakarta. Sejak memutuskan tinggal di kampung berdua saja dengan Bapak, lebaran adalah kesempatannya “mudik” bagi dua orang tua itu ke tempat kami di rantau. ingin merayakan hari kemenangan bersama kami, lima anak beserta cucu.
Tidak pernah lupa bagai mana sembringah wajahnya kala sampai di Soekarno-Hatta. Ia selalu bercanda, tertawa, dan menanyakan keadaan cucu satu persatu. Saat itu ia tampak seperti nenek paling bahagia di dunia.
Namun ibu juga adalah perempuan dengan seribu kenangan. Yang pahit yang selalu jadi favoritnya untuk diulang. Kegembiraan menyambut lebaran akan selalu disertai ingatan ke masa kanak-kanak kami. Puasa baru seminggu namun ia sudah tujuh keliling memikirkan berbagai kebutuhan lebaran. Stress menghadapi berbagai kenaikan harga selama bulan puasa. Kami semua tahu betapa wanita ini amat menyayangi anak-anaknya. Ia ingin selalu memberi yang terbaik kepada kami.
Alhamdulillah di hari tuanya masa-masa sulit itu akhirnya berlalu. Untuk saya sendiri, Insya Allah tidak pernah mengalaminya.
Namun di luar sana, saya yakin ada beberapa kaum wanita senasib dengan Ibu. Lebaran pintu pembuka berbagai stress. Rumah tangga yang tadinya “ayem” mulai memanas. Kebutuhan lebaran “seperti orang-orang” adalah pemicu utama.
Sebelum menangis atau mendesak-desak suami putar otak mencari uang tambahan, atau berhutang, ingat lah wahai kaum wanita. Desakan itu bisa berakhir di penjara. Sering kan membaca beberapa lelaki tertangkap basah mencopet atau merampok agar bisa membiayai lebaran keluarga?
Percayalah takan ada hari raya yang bahagia jika untuk mencapainya harus berhutang atau melakukan kejahatan.
Lebaran memang hari fitri. Semua orang bergembira. Merayakan dengan baju baru, makanan enak, berkumpul dengan keluarga besar atau pulang kampung.
Memaknai Idul Fitri
Saya tidak bermaksud sok tahu. Dan tak tahu juga apakah pesan ini bisa sampai. Tetap saja hati terdalam berharap, agar kita mulai merenungkan makna Idul Fitri. Sebulan berpuasa, mengumpulkan pahala, tidak makan dan minum selama siang, tujuannya adalah memurnikan kembali jiwa-jiwa yang mungkin dalam setahun tersesat. Puasa dan ibadah adalah soal kelahiran kembali, jiwa yang bersih untuk melanjutkan kehidupan.
Jadi sejatinya lebaran bukanlah soal baju baru, makanan enak, motor baru, rumah yang direnovasi, dan mudik seperti orang-orang. atau jumlah uang yang harus di keluarkan untuk membiayai semua kegiatannya. Tantangan terberat hanya memberi pengertian kapada anak-anak.
Tanggal 1 Syawal sudah dirayakan berulang-ulang sejak ratusan tahun . Sudah saatnya Idul Fitri dimaknai sebagai seharusnya yaitu ‘Kepulangan kita kepada fitrah yang suci‘. Derita lapar dan haus, dan menahan segala emosi negatif sebagai ajang penyucian seperti diri terlahir kembali. Harapannya adalah kembali suci seperti bayi.
Metafor kelahiran kembali di sediakan Allah selama bulan suci dengan berpuasa. Menahan nafsu dan memperbanyak ibadah. Qiyam dan segala ragam ibadah seharusnya memampukan kita kembali berislam. Itu artinya bersih dari rasa benci, iri, dengki, dan segala kemaksiatan. Bulan ini terasa istimewa karena kita fokus menciptakan kualitas diri sebagai seorang muslim.
Berlebaran lah Semampunya
Ketika hari kekangan itu berakhir wajar jika bersuka cita. Kita masih manusia biasa yang terikat pada norma dan segala hubungan sosialnya. Kita perlu mengeratkan kembali hubungan bersama kerabat dan keluarga. Kita mendatangi rumah-rumah dan membawa salam damai.
Kita sebagai tuan rumah pun menghargai kerabat yang hadir. Semampunya akan menghias rumah. Di manapun makananan adalah simbol kegembiraan. Jadi kita merasa perlu menyediakan beragam makanan seperti ketupat dan kue-kue dalam menyambut tamu.
Untuk melengkapi kebahagiaan, baju baru perlu ditambahkan kan. Sebagai penanda hari istimewa, berbusana lain dari biasanya.
Berhondoh-hondoh pulang kampung, menyajikan hidangan enak dan baju-baju baru tentu saja tidak dilarang, sobat!
Hanya saja jalankan sesuai kemampuan. Jangan berhutang apa lagi berkelahi dengan suami dan memaksanya mencari jalan pintas untuk mendapatkannya. Sebab jika itu terjadi sebenarnya kita tidak merayakan hari kemenangan melainkan hari kekalahan. Kalah memerangi hawa nafsu!
Selamat menjalankan ibadah puasa…
9 comments
Bener harus sesuai kemampuan, lebaran tak hanya baju baru dan bagi thr juga hidangan serba ada, tetapi harus hati baru seputih salju 🙂
Kalau sudah begitu, lebaran akan semakin indah ya Mbak
Sungguh damai bila setiap umat memaknai hari nan fitri seperti yang mba Evi uraikan. Meski tentu yang terurai menjadi pelajaran bagi kita semua krna memang berperang melawan hawa nafsu itu tidaklah gampang. Tak semudah ucapan hari raya yang terpajang di layar kaca. Semoga kita bisa benar benar kembali fitri di hari Idul fitri. Btw selamat berlebaran yaaa mbaaaa Kameha-Meha Kesayangan akuuuuuuuuu
Iya Bang Indra. Kembali Fitri tidak semudah mengucapkan selamat hari raya. Komitmen dan usaha keras harus dilakukan untuk mencapainya. Selamat lebaran untukmu nanti saja ya. Sekarang selamat menjalan ibada puasa dahulu 🙂
Ini kayaknya berlaku juga buat yg merayakan Natal.
Sering memang lihat seseorang yg iri karena keluarga lain ada yg pakai baju baru ketika Natal dan tak jarang baju barunya itu seragam. Karena gengsi, keluarga yg iri tersebut memaksakan, padahal secara finansial mereka tidak mampu. Akhirnya ya bisa ditebak, seperti yg TanEv bilang, mereka berhutang
Dari kecil aku gk pernah puaing lho mau pake baju apa pas hari raya. Ada baju baru ya syukir, kalau gak ada kan masih banyak baju lama yg bisa dipakai 🙂
Darius, tampaknya dirimu dididik dengan baik oleh keluarga. Selamat ya. Masih semuda ini sudah punya kesadaran demikian. Eh tolong selamatkan juga untuk mamanya Darius 🙂
Perayaan hari Lebaran, mirip dengan hari pernikahan ya Bu.
Sebagian orang di luar sana masih mementingkan hawa nafsunya. yang bikin mahal itu gengsinya.
Alhasil banyak hal negatif terjadi sebagai akibatnya.
Artikel yang menyadarkan Bu, terima kasih sudah berbagi.
Semoga semakin banyak orang yang berlebaran dengan bahagia 🙂
Amin. Semoga dengan mendoakan orang lain bahagia, kitapun ikut bahagia ya Mbak Liana. Terima kasih atas apresiasinya 🙂
Amin Bu 🙂