Saya tidak termasuk jenis manusia yang pilih-pilih kawan. Untuk klik memang ada beberapa syarat yang mesti terpenuhi. Namun percayalah di dalamnya tak termasuk syarat kelas sosial, suku, adat dan agama. Secara fisik pun mereka tak harus lengkap anggota tubuh, cantik, tampan atau dalam batas usia tertentu. Itu lah mengapa kawan-kawan saya datang dari berbagai lapisan sosial, budaya, agama, dan umur. Saya membangun hubungan bersama mereka lewat media offline maupun online. Artinya kenal dari sosial media, bertemu dalam satu trip, teman-teman rumah, kerabat, atau dari masa lalu yang meliputi teman masa kecil, sekolah, dan kuliah.
Karena memang begitu lah seharusnya, perkawanan bisa dibangun lewat media apa saja. Apakah bertemu di dunia maya atau dunia nyata sama bobot nilainya. Yang penting bagi saya hanya bagaimana relasi itu terjadi. Apakah kami sama-sama nyaman di dalamnya dan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pusing banget lah kalau dalam ikatan tersebut bertemu kawan yang merasa memiliki dunia. Egonya tak terkira besar. Matanya pun hanya bisa melihat semut di seberang lautan sementara buta terhadap gajah di depan mata.
Hujan di Laut Derawan Suatu Senja
Harus diakui ada perbedaan tipis antara bersahabat di dunia nyata dan maya. Di dunia offline kita bertemu muka, berbicara langsung, dan belajar mengenai bahasa tubuh. Misalnya kita bisa mengetahui seseorang sedang bosan hanya dengan menatap matanya atau membaca bahasa tubuhnya. Bahasa tubuh yang tak pernah terucap namun berbicara selantang bahasa cakap. Kita juga memperkirakan obrolan berdasarkan umur lawan bicara. Hampir tidak mungkin bicara mengenai harga cabe di pasar kepada seorang ABG yang tidak pernah masuk ke pasar.
Berbeda dengan persahabatan dunia maya yang boleh dibilang hampir tanpa sekat sosial. Terutama persahabatan di dunia per-blog-an. Contohnya ibu paruh baya seperti saya dapat bersahabat dengan blogger yang usianya sama dengan anak pertama. Teman-teman pada kenal dengan Siti Rasuna atau Una, bukan? Kalau lah terjadi di dunia nyata, bayangkan apa yang harus dilakukan guna menjembatani perbedaan umur yang begitu mencolok? Una melihat dunia lewat kaca mata remajanya sementara saya gak seru kalau harus menggunakan kaca mata Una. Nenek-nenek berperilaku bak remaja, apa kata dunia? Tapi kala kami saling komentar dalam blog, semua bisa nyambung tanpa saya harus berpikir ia seusia anak saya dan Una berpikir bahwa saya seusia mamanya.
Memang lah begitu. Persahabatan yang berlangsung di ranah blogging simpel, menihilkan sekat-sekat yang terdapat di dunia offline. Saya tak merasa tua mengomentari dan menggagumi buah pikir Una. Dan sepertinya Una juga tak bermasalah memanggil saya “Mbak” dan berkomentar di blog saya
Saya dan Una pernah bertemu. Panggilan Mbak-nya itu membantu komunikasi lebih lancar. Walau saya tak pernah memasalahkan soal panggilan, tapi kalau saja dia memanggil ” Ibu” setting obrolan pasti berbeda.
Persahabatan Nusantara
Kemudian Blogging mengenalkan saya pada seorang dokter gigi cantik dari Bukittingi. Orang kampung saya sebetulnya namun kami belum pernah jumpa darat. Kenal muka juga lewat foto. eMak LJ walau usianya jauh di bawah saya namun secara emosi kami tampak sepantar.
Kesepantaran itu membuat saya dan eMak Lj saling menyayangi. Ujudnya melalui penghormatan privasi masing-masing. Begitupun kami asyik-asyik saja mengikat menjalin perkawanan tanpa tuntutan harus kopdar dari pihak manapun.
Terus ada lagi dokter hewan asal Bali namun sekarang aktif di Marketing. Namanya Ni Made Sri Andani yang saya panggil Mbak Dani saja. Sejak aktif blog walking saya selalu menjambangi blog beliau. Gaya menulisnya yang konprhensif, pengetahuannya yang luas soal tanaman, cara dia menarik perspektif dari kejadian sehari-hari membuat saya pernah memikirkan cara kerja otaknya.
Teman-teman pasti kenal dengan Peri Kebun yang saya panggil Mbak Prih dan tinggal di Salatiga itu. Menyenangkan sekali membina persahabatan dengan ibu santun ini. Tulisan-tulisannya Njawani banget. Tak hanya soal kebun yang dibahasnya tapi juga perladangan budi pekerti, budaya, jalan-jalan dan hubungan antar manusia dan alam. Filosofi Jawanya tidak membuat membuat jidat berkerut untuk memahaminya.
Persahabatan Merupakan Kontrak Belajar Seumur Hidup
Muhammad Ali, petinju legendaris mengatakan soal persahabatan seperti ini :
Friendship… is not something you learn in school. But if you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything.
Saya termasuk yang percaya bahwa persahabatan membuat kita jadi pembelajar seumur hidup. Bagaimana tidak, hidup di dunia yang serba berubah, seiring waktu teman-teman kita akan berubah. Untuk menyesuaikan diri dengan perubahan mereka mau tak mau kita pun harus berubah.Begitu pun perkawanan dalam dunia blogging pasti akan berubah seiiring perubahan sosial, teknologi dan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh teman-teman kita.
Tapi satu yang saya percaya tidak akan berubah: Persahabatan antar Blogger tidak akan pernah bersekat sosial 🙂
Menurut mu kawan?
32 comments
Hi Mbak Evi… tiba tiba aku kangen padamu.Dan kangen menulis.. sudah nyaris dua bulan aku tak menulis. Rasanya ada yang hilang dari hidupku ha ha..
Sibuk banget ya Mbak Dani? Pantesan berkali-kali ke sana belum ada pos yang baru. Take your time Mbak. Segala sesuatu akan indah pada waktunya hehehehe
Betul ya mba, bersahabat memang harus tanpa sekat, agar persahabtan terasa indah dan manis
Betul sekali Mbak Susanti. Gini hari masih pilih-pipih teman, gak patut banget ya..:)
huaa..ada namaku disebut-sebut..Jadi aku nongol.
Lah.. Mbak Evi!. Rumah baru lagi nih he he.. Thanks sudah menuliskan aku ya sebagai salah satu sahabatmu.
Aku juga senang sekali menjadi sahabatmu… Sahabat pertama yang aku punya di dunia maya dan aku langsung merasa sangat -sangat ‘compatible’ , cocok dan klop. uuh..peluk..peluk!.
Ha ha..sama!. Aku juga sering memikirkan cara kerja otakmu, Mbak! Sering tak habis pikir, bagaimana cara Mbak Evi tetap bisa menelurkan gagasan-gagasan yang sangat kreatif, kaya pemikiran dan meaningful dalam kesibukan yang tumpang tindih mengelola bisnis, keluarga, kegiatan sosial.. namun tetap bisa stand out..tanpa pake ngos-ngosan..
Semoga sukses dengan kontesnya ya Mbak Evi..
Terima kasih sudah mau jadi sahabatku, Mbak Dani. Walau belum pernah ketemu, aku merasa dekat sekali dengan dirimu hehehe..
Kalau soal update blog, nah kayaknya sekarang sudah jadi satu kebutuhan selain makan dan minum, Mbak. Ada sih ngos2annya, tapi kita kan tetap makan dan minum saat sibuk dan capek. Jadi aku terpaksa menganggarkan waktu untuk kegiatan yang satu ini 🙂
senangnya bisa kopdaran dgn blogger lain, mbak.
Iya Mas Yudhi..Tambah sahabat tambah pengalaman 🙂
Mbak Eviiiii…makasih udah berpartisipasi yaaa…
Blog baru ya Mbak…makin produktif aja niiiy.. 🙂
Iya ni, Mbak Esti. GA-mu adalah posting pembuka untuk blog competition ku ini.Niatnya sih emang begitu, punya satu blog khusus untuk ngikutin GA..:)
Meskipun masih belia tapi Una bisa menyesuaikan diri dengan siapa aja ya mbak Evi? 🙂
Semoga sukses ngontesnya .
Itu suatu bentuk kecerdasan emosi. Gift dari Allah untuk Una, Mbak Tarry 🙂
Kwkwkwk kenyataannya saya gak gawul lho mbak, EQ ku di bawah rata-rata jauhhh 😛
Asikkk fotoku dipasang, pas cakep lagi hihihi, ijin save ya mbak, eh apa kuganti tante aja yak 😛
Semoga menang ^^
Eitttsss..Una merendah nih. Silahkan save fotonya, tapi awas kalau panggilannya diganti dengan tante hahaha..
Betul, saya mau bersahabat dengan siapa saja, berkumis atau tapa kumis,geuk-kurus oke…
Salam hangat dari Jakarta
Pakde itu emang layak dapat sebelas jempol untuk persahabatan tanpa sekatnya..Aku banyak belajar dari kebaikan hati Pakde 🙂
Waaah baru berkunjung ke blog mba evi yang ini… semoga menang kompetisinya yaaa…
Tulisannya kerasa banget klo mba Evi emang bersahabat dengan teman2 mayanya. *jadi malu nih aku jarang bewe
Hehehe..Karena aku langganan RSS mereka, jadi tahu kapan mereka update blog Mbak Esti. Jadi gak mesti selalu bw sih..BW-nya untuk menuliskan komentar saja 🙂
Hmmmmmmm.. indah ya Bun… 🙂
Betul sekali, Mas Cuma 🙂
eh ada una lagi….baru aja kopdar sama si una…emang dia anak gaulll abissss….hehehe.
kalau minjem kata2nya om enha…this is the beauty of blogging. Semoga sukses dengan kontesnya mbak
Una emang anak gaul berbakat, Mas Necky. Dia tak kesulitan berteman dengan siapa saja 🙂
Selamat untuk rumah baru ini Uni Evi.
Selamat merajut persahabatan dan meramaikan GA sahabat.
Salam
Terimakasih Mbak Prih. Ini salah satu kegejean aku, berkebun blog 🙂
harus keluar masuk kampung mencari jejak uniku ini.. onde mandee,.!
mohon dilengkapi semua link kepunyaan uni pada bagian blogroll di jurnal utamanya eviindrawanto.. blog ruang fiksi udah ada, yang ini tampaknya belum ada. #dtg2 malah kasih instruksi #adik durhaka 😆
terimakasih atas tulisan penuh cinta ini, uni..
#mohon pada dewan juri, tulisan uniku yang ini menang yaaa… 😛
Hehe., ia May, pengen nya sih blog ini khusus untuk lomba2. Let see beberapa konsisten aku. Makasih ya, nanti tak lengkapi links nya di blog utama
setuju dengan kalimat terakhir, bahwa persahabatan di dunia blog itu tidak bersekat sosial 🙂
Begitulah adanya Miss, suatu keindahan tersendiri ya 🙂
Waah,, keren yaa persahabatannya!! ^_^
Jadi pengen punya banyak sahabat dari blogger..
Mampir ke blog saya >> chaidir.web.id
Terimakasih ya 🙂
sukaaa banget dgn postingan ini.
hehehe..Makasih, Mbak Dey