Benarkah Kita Terlalu Banyak Pekerjaan – Melakukan banyak pekerjaan baik bagi pengembangan pribadi. Terutamanya pekerjaan yang melibatkan otak dan fisik. Bila otak dan fisik terus dirangsang, mereka akan terus aktif, bergerak, dan hasilnya tentu baik bagi kesehatan . Sejarah pun sudah membuktikan bahwa otak dan fisik yang terus bergerak jauh lebih “siaga” ketimbang yang menganggur. Lagi pula kerja itu kodrat manusia. Emosi dan fisik kita dirancang agar sesuai dengan lingkungan. Lingkungan membentuk kelompok sosial. Dan hampir semua kelompok sosial di dunia ini menganjurkan anggotanya agar melakukan aktivitas, sesuai dengan peran sosial yang melekat pada diri mereka.
Namun pada satu titik alam menuntut keseimbangan. Bahwa kelebihan di satu sisi dan mengabaikan sisi lain mengancam harmonisasi tataan hukum mereka. Artinya bila terjadi disharmonisasi secara otomatis mereka memaksa agar harmonisasi itu kembali. Kita tidak pernah tahu cara apa yang dipakai alam untuk mengembalikan harmonisasi, yang kita rasakan dan lihat hanya akibatnya. Begitu pun yang terjadi dalam seluruh aktivitas kita. Berkarya memang dituntut masyarakat. Melakukannya mensejahterakan batin. Tapi ketika terlalu banyak pekerjaan terjadi ketidak seimbangan. Terlalu banyak pekerjaan tidak baik bagi kesehatan, baik fisik maupun mental.
Baca di sini tentang : —-> CLBK
Akibat dari pekerjaan yang tidak seimbang antara tenaga dan ambisi, misalnya, titik temunya adalah kekacauan. Alih-alih menyelesaikan pekerjaan satu persatu, kita terlalu frustrasi, terlalu lelah. Energi kita terhisap entah kemana. Bahkan bernapas saja sulit. Kita merasa terkepung. Alih alih menyelesaikan pekerjaan tepat waktu kita mengulur-ulur sampai batas tak tentu. Pekerjaan yang seharusnya selesai selesai dalam beberapa menit mundur sampai berbulan-bulan. Terbengkalai. Sampai-sampai pekerjaan yang mudah pun terlalu membosankan untuk diselesaikan.
Mari Buat Lis Benarkah Kita Terlalu Banyak Pekerjaan
Kalau sudah demikian keadaannya pekerjaan yang telalu banyak itu berbalik jadi wanprestasi. Tak produktif bagi kesejahteraan. Saatnya mengkaji ulang segala tujuan dibalik semua aktivitas yang awalnya kita anggap baik itu.
Tapi sebelum buru-buru melepaskan diri dari tumpukan pekerjaan mari teliti lagi, apakah memang terlalu banyak pekerjaan atau hanya perasaan?
Karena akhir-akhir ini saya merasa terlau banyak pekerjaan, sampai rasanya menghisap semua energi positif saya. Alih-alih menyelesaikan satu persatu saya pilih meninggalkan. “Kumaha engkek” Pikir saya.
Tapi tentu saja itu bukan solusi. Maka saya pun mulai membuat list semua pekerjaan yang harus diselesaikan. Tidak memberi nilai penting atau tidak, pokoknya catat semua. Setelah jadi saya baca ulang berkali-kali. Alamaaaamaaak mulut terngaga. Ternyata tidak begitu banyak! Lah kok tadi saya begitu frustrasi harus memulai dari mana? Kok bisa-bisanya tadi saya menganggap tugas-tugas yang harus diselesaikan sangat banyak? Duh ternyata saya cuma cari alasan. Saya butuh piknik!
Baca di sini tentang: —> Sudah Numpang Kentut Lagi 🙂
Cara Keluar Dari Terlalu Banyak Pekerjaan
Moral of the story cerita overload kesibukan itu sebenarnya hanyalalah memperjernih masalahnya. Sebelum mengatakan kamu terlalu sibuk, terlalu banyak pekerjaan sampai sampai bernapas saja susah, coba bersitenang sebentar. Buat list apa saja yang membuat kamu merasa terpenjara dalam begitu banyak tugas. Tak pelu uring-uringan. Bersabar. Telusuri satu persatu isi lis. Akan terlihat mana yang penting dan tak penting. Mana yang harus diselesaikan segara dan mana yang bisa ditunda.
Dengan cara membuat daftar pekerjaan yang harus diselesaikan kita dapat gambaran lebih jernih. Bahwa kebanyakan kasus yang memerangkap kita adalah pikiran. Iya pikiran kita terhadap terhadap pekerjaan itu, bukan pekerjaan itu sendiri.
Tapi kalau pun memang kamu terlalu banyak pekerjaan tak mengapa. Tetap buat lis dan beri skala prioritas. Turunkan dari daftar atau jika memungkinkan coret sama sekali. Pada akhirnya tanyakan kepada diri sendiri seberapa penting overload pekerjaan itu bagi masa depan kita, bagi kita, dan bagi orang-orang tercinta kita. Biasanya kalau sudah dapat jawaban separuh beban langsung terangkat dari pundak.
Jadi benarkah kita terlalu banyak pekerjaan? Bisa ya bisa tidak. Coba dipikirkan lagi..
Arigato!